Sabtu, 01 Juni 2013
A.
Hubungan Interpersonal
1. Model Pertukaran Sosial dan Analisis
Transaksional
Berdasarkan teori pertukaran sosial,
kita masuk ke dalam hubungan pertukaran dengan orang lain karena dari padanya
kita memperoleh imbalan. teori pertukaran sosial pun melihat antara perilaku
dengan lingkungan terdapat hubungan yang saling mempengaruhi (reciprocal). Karena lingkungan kita
umumnya terdiri atas orang-orang lain, maka kita dan orang-orang lain tersebut
dipandang mempunyai perilaku yang saling mempengaruhi Dalam hubungan tersebut
terdapat unsur imbalan (reward),
pengorbanan (cost) dan
keuntungan (profit). Imbalan
merupakan segala hal yang diperloleh melalui adanya pengorbanan,
pengorbanan merupakan semua hal yang dihindarkan, dan keuntungan adalah imbalan
dikurangi oleh pengorbanan. Jadi perilaku sosial terdiri atas pertukaran paling
sedikit antar dua orang berdasarkan perhitungan untung-rugi. Misalnya,
pola-pola perilaku di tempat kerja, percintaan, perkawinan, persahabatan
- hanya akan langgeng manakala kalau semua pihak yang terlibat merasa
teruntungkan. Jadi perilaku seseorang dimunculkan karena berdasarkan
perhitungannya, akan menguntungkan bagi dirinya, demikian pula sebaliknya jika
merugikan maka perilaku tersebut tidak ditampilkan.
Analisis
transaksional adalah sistem terapi yang berlandaskan teori kepribadian yang
mengunakan tiga pola tingkah laku atau perwakilan ego yang terpisah, yaitu
orang tua, orang dewasa dan anak. Ego orang tua adalah bagian kepribadian
yang merupakan introyeksi dari orang tua atau dari subsitut orang tua. Jika ego
orang tua itu dialami kembali oleh kita, maka apa yang dibayangkan oleh kita
adalah perasaan-perasaan orang tua kita dalam suatu situasi, atau kita merasa
dan bertindak terhadap orang lain dengan cara yang sama dengan perasaan dan
tindakan orang tua kita terhadap kita. Ego orang tua berisi perintah-perintah “
harus” dan “ semestinya” .
2. Pembentukkan Kesan dan Ketertarikan Interpersonal
dalam Memulai Hubungan
Imperssion formation (pembentukkan
kesan) merupakan proses dimana kita menyusun kesan tentang seseorang.
Kebanyakan orang mempedulikan tata cara membentuk kesan pertama yang baik pada
orang lain karena mereka percaya bahwa kesan pertama akan memberi efek yang
lama dan menetap dalam ingatan orang. Maka, dalam rangka membuat kesan yang
baik terhadap orang lain, individu sering kali melakukan manajemen kesan.
Strategi yang dapat dilakukan dalam melakukan manajemen kesan, yaitu :
a. self-enhancement yaitu usaha untuk meningkatkan daya tarik
seseorang terhadap orang lain.
b. other enhancement yaitu usaha untuk melahirkan mood atau reaksi positif pada orang lain.
Sedangkan ketertarikan mengacu
pada sikap positif dan negatif yang kita bentuk terhadap orang lain. Keadaan
efektif positif dan negatif mempengaruhi ketertarikan baik langsung maupun tak
langsung. Efek langsung terjadi ketika orang lain berperan terhadap emosi yang
terkait. Efek tak langsung terjadi ketika sumber emosi ada di tempat lain dan
orang lain tersebut hanya terasosiasikan dengan keberadaannya.
3. Peran, Konflik, dan Adequacy Peran
serta Autentitas dalam Peran
Model peran.
Menganggap hubungan interpersonal sebagai panggung
sandiwara. Disini setiap orang harus memerankan peranannya sesuai dengan naskah
yang telah dibuat oleh masyarakat. Hubungan interpersonal berkembang baik bila
setiap individu bertindak sesuai dengan peranannya.
Model Interaksional.
Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai
suatu sistem. Setiap sistem memiliki sifat-sifat strukural, integratif dan
medan. Semua sistem terdiri dari subsistem-subsistem yang saling tergantung dan
bertindak bersama sebagai suatu kesatuan. Pemutusan Hubungan Menurut R.D. Nye
dalam bukunya yang berjudul Conflict Among Humans, setidaknya ada lima sumber
konflik yang dapat menyebabkan pemutusan hubungan, yaitu:
a)
Kompetisi, dimana salah satu pihak berusaha memperoleh sesuatu dengan
mengorbankan orang lain. Misalnya, menunjukkan kelebihan dalam bidang tertentu
dengan merendahkan orang lain.
b)
Dominasi, dimana salah satu pihak berusaha mengendalikan pihak lainsehingga
orang tersebut merasakan hak-haknya dilanggar.
c)
Kegagalan, dimana masing-masing berusaha menyalahkan yang lain apabila
tujuan bersama tidak tercapai.
d)
Provokasi, dimana salah satu pihak terus-menerus berbuat sesuatu yang ia
ketahui menyinggung perasaan yang lain.
e)
Perbedaan nilai, dimana kedua pihak tidak sepakat tentang nilai-nilai yang
mereka anut.
4. Intimasi dan Hubungan Pribadi
Pengertian intimasi menurut Sullivan (Prager, 1995)
mendefinisikan intimasi sebagai bentuk tingkah laku penyesuaian seseorang untuk
mengekspresikan akan kebutuhannya terhadap orang lain. Sedangkan menurut Steinberg (1993) berpendapat bahwa suatu hubungan intim adalah sebuah
ikatan emosional antara dua individu yang didasari oleh kesejahteraan satu sama
lain, keinginan untuk memperlihatkan pribadi masing-masing yang terkadang lebih
bersifat sensitif serta saling berbagi kegemaran dan aktivitas yang sama.
Dalam suatu hubungan juga perlu
adanya companionate love, passionate love dan intimacy love. Karena apabila
kurang salah satu saja di dalam suatu hubungan atau mungkin hanya salah satu di
antara ketiganya itu di dalam suatu hubungan maka yang akan terjadi adalah
hubungan tersebut tidak akan berjalan dengan langgeng atau awet, justru
sebaliknya setiap pasangan tidak merasakan kenyamanan dari pasangannya tersebut
sehingga yang terjadi adalah hubungan tersebut bubar dan tidak akan ada lagi
harapan untuk membangun hubungan yang harmonis dan langgeng.
Komunikasi yang selalu terjaga,
kepercayaan, kejujuran dan saling terbuka pun menjadi modal yang cukup untuk
membina hubungan yang harmonis. Maka jangan kaget apabila komunikasi kita
dengan pasangan tidak berjalan dengan mulus atau selalu terjaga bisa jadi
hubungan kita akan terancam bubar atau hancur. Tentu saja itu akan menyakitkan
hati kita dan setiap pasangan di dunia ini pun tidak pernah menginginkan hal
berikut.
5. Intimasi dan Pertumbuhan
Seperti yang dikatakan oleh
Stenberg intimasi adalah adalah sebuah ikatan emosional
antara dua individu yang didasari oleh kesejahteraan satu sama lain, keinginan
untuk memperlihatkan pribadi masing-masing yang terkadang lebih bersifat
sensitif serta saling berbagi kegemaran dan aktivitas yang sama. Intimasi sangat berpengaruh dalam
pertumbuhan karena dapat memperlihatkan pribadi masing – masing.
B. Cinta dan Perkawinan
1. Bagaimana
Memilih Pasangan
Memilih
pasangan untuk menemani kehidupan pasti dilakukan oleh semua orang. Pemilihan
pasngan tersebut pasti berbeda pula antara satu individu dengan individu lain,
mungkin yang sama adalah keinginan mendapat pasangan dengan cinta yang tulus.
Banyak orang yang memilih pasangan berdasarkan latar belakang pendidikan dan
ekonomi keluarga yang harus tinggi, tetapi ada pula yang tidak terlalu
mementingkan pendidikan dan ekonomi hanya mementingkan adanya rasa tanggung
jawab terhadap keluarga nantinya. Memilih pasangan yang baik adalah memilih
pasangan sesuai dengan yang diinginkan atau sesuai dengan hati, karena apabila
memilih pasangan tidak sesuai keinginan maka akan muncul masalah – masalah yang
tidak diinginkan apabila sudah berlanjut ke pernikahan. Seperti tidak ada
tanggung jawab bahkan perceraian di umur pernikahan yang masih muda.
2. Seluk
Beluk Hubungan dalam Perkawinan
Pernikahan
pasti di inginkan oleh semua orang, termasuk pernikahan dengan hubungan yang
harmonis. Yang mengetahui seluk beluk dalam perkawinan adalah orang – orang itu
sendiri yang sudah menikah. Walaupun sekarang ini banyak yang menikah muda
karena MBA ataupun karena urusan finansial tak jarang dari mereka yang sudah
paham bagaimana dan apa yang harus mereka lakukan dan mengetahui seluk beluk
yang ada dalam hubungan pernikahan mereka.
3. Penyesuaian
Diri dan Pertumbuhan dalam Perkawinan
Seseorang
yang sudah menikah harus bisa menyesuaikan diri dengan pasangannya. Harus bisa
membagi waktu untuk pasangan dan diri sendiri, harus bisa saling memahami dan
lebih berpikir dewasa lagi. Walaupun sudah menikah bukan berarti terikat
sepenuhnya karena tiap orang memiliki kebutuhan dan kewajiban masing – masing. Fase kehidupan
juga merupakan pertumbuhan dari sebuah pernikahan. Menyatukan dua pribadi yang
berbeda untuk terciptanya sebuah penyatuan yang didasarkan atas nama cinta.
Segala bentuk persoalan yang pada mulanya membutuhkan bantuan baik dari
keluarga dan orang tua, sehingga seiring berjalannya waktu karena telah
tumbuhnya kedewasaan yang lebih dan telah terbiasanya mereka hadapi, membuat
keduanya menjadi kuat dan mampu mengadaptasikan diri dalam kehidupan
berkeluarga.
4.
Perceraian dan Pernikahan Kembali
Penyebab perceraian kebanyakan
terjadi karena didalamnya terselip berbagai persoalan rumah tangga yang tidak
menemukan akhir penyelesaiannya. Dibutuhkan kekompakkan antara keduanya dalam
menghadapi berbagai persoalan itu. Pengertian yang seharusnya bisa mereka
tanamkan, karena jika minimnya sikap saling pengertian keegoisan memuncak. Jika
keegoisan diiringi dengan kemarahan yang membara, perlu juga kesabaran. Tidak
diperkenankan keduanya saling mengadu amarahnya. Justru jika misalnya istri
lebih sensitif dengan menunjukkan kemarahannya, maka suami harus lebih mampu
meredam amarahnya. Sehingga konflik yang sedang terjadi tidak semakin besar. Tidak
menutup kemungkinan juga, konflik yang pada akhirnya menimbulkan perceraian itu
bisa terjadi karena adanya pihak ketiga yang dengan sengaja menyebarkan
kesalahpahaman diantara pasangan tersebut.
Memilih
sisi positif berarti memilih cara paling efektif dan efisien dalam hidup.
Seharusnya pada kedalaman diri kita, terdapat keseimbangan dua rasa yang saling
berlawanan ketika hubungan yang mesra itu berada dalam ujian. Pertama-tama
memang sekelompok perasaan tertentu yang mendominasi. Tetapi sekelompk rasa yang
lainnya tidak lagnsung mundur diri. Ia tetap ada walau terpaksa mundur dan
sembunyi di pojok gelap untuk menuggu kesempatan. Suami-istri menjalankan tugas
dan peran masing-masing dengan cepat. Keduanya akan merasa lemah ketika tidak
bisa mencari jalan keluar dari sisi-sisi negatif. Mereka merasa bahwa jiwanya
adalah karikatur kepribadiannya dalam kehidupan rumah tangga. Jika semua orang
memikirkan apa saja yang menyenangkan pasangannya lalu meninggalkan apa yang
tidak mereka senangi, tentu saja hubungan keluarga tidak akan hancur. Namun,
berbeda jika pasangan telah menemukan jalan keluar dari perosalan yang mereka
hadapi. Mereka akan cenderung introspeksi diri dengan perbuatan dan
kesalahan-kesalahannya sehingga menyadarkan dirinya bahwa masalah itu tidak
sepenuhnya selesai dengan kemarahan dan kesalahan satu pihak saja. Yang pada
akhirnya pasangan yang telah bercerai tersebut bisa memulai hidup yang baru
dengan menikah kembali dengan pasangannya.
5.
Alternatif selain pernikahan
Ada banyak alasan untuk tetap
melajang. Perkembangan jaman, perubahan gaya hidup, kesibukan pekerjaan yang
menyita waktu, belum bertemu dengan pujaan hati yang cocok, biaya hidup yang
tinggi, perceraian yang kian marak, dan berbagai alasan lainnya membuat seorang
memilih untuk tetap hidup melajang. Batasan usia untuk menikah kini semakin
bergeser, apalagi tingkat pendidikan dan kesibukan meniti karir juga ikut
berperan dalam memperpanjang batasan usia seorang untuk menikah. Keputusan
untuk melajang bukan lagi terpaksa, tetapi merupakan sebuah pilihan. Itulah
sebabnya, banyak pria dan perempuan yang memilih untuk tetap hidup melajang. Persepsi
masyarakat terhadap orang yang melajang, seiring dengan perkembangan jaman,
juga berubah. Seringkali kita melihat seorang yang masih hidup melajang,
mempunyai wajah dan penampilan di atas rata-rata dan supel. Baik pelajang pria
maupun wanita, mereka pun pandai bergaul, memiliki posisi pekerjaan yang cukup
menjanjikan, tingkat pendidikan yang baik.
Alasan yang paling sering
dikemukakan oleh seorang single adalah tidak ingin kebebasannya
dikekang. Apalagi jika mereka telah sekian lama menikmati kebebasan bagaikan
burung yang terbang bebas di angkasa. Jika hendak pergi, tidak perlu meminta
ijin dan menganggap pernikahan akan membelenggu kebebasan. Belum lagi jika
mendapatkan pasangan yang sangat posesif dan cemburu. Melajang adalah sebuah
sebuah pilihan dan bukan terpaksa, selama pelajang menikmati hidupnya. Pelajang
akan mengakhiri masa lajangnya dengan senang hati jika telah menemukan seorang
yang telah cocok di hati.
Kehidupan
melajang bukanlah sebuah hal yang perlu ditakuti. Bukan pula sebuah
pemberontakan terhadap sebuah ikatan pernikahan. Hanya, mereka belum ketemu
jodoh yang cocok untuk berbagi dalam suka dan duka serta menghabiskan waktu bersama
di hari tua.
Sumber :
shafashan15.blogspot.com/2012/04/hubungan-interpersonal.html
http://21juli1991.blogspot.com/2013/05/cinta-dan-perkawinan.html
http://khayeoja.blogspot.com/2012/04/cinta-dan-perkawinan.html
Label: soft skill 4
Subscribe to:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar