Minggu, 30 Juni 2013
A.
Pekerjaan dan waktu luang
I.
Mengubah sikap terhadap pekerjaaan
Sikap adalah suatu pernyataan
evaluatif terhadap objek, orang atau peristiwa. Hal ini mencerminkan perasaan
seseorang terhadap sesuatu. Sikap seseorang terhadap pekerjaan pasti berbeda –
beda dengan orang yang lain. Ada yang menyikapinya dengan kemalasan ada juga
yang dengan ketekunan. Sikap malas seseorang terhadap pekerjaan harus diubah
agar orang tersebut tidak dikeluarkan dari suatu pekerjaan. Mengubah sikap
terhadap pekerjaan tergantung dari orang tersebut ingin memakai cara yang
seperti apa. Bisa mulai dari cara membiasakan diri dengan sering melakukan
pekerjaan tersebut dengan tenang dan rileks, lalu membuat diri merasa nyaman
saat melakukan suatu pekerjaan, bahkan bisa juga dengan mencintai pekerjaan
tersebut dengan cara meyakinkan diri bahwa pekerjaan ini tidak membuat diri
merasa sulit. Semua cara mengubah sikap terhadap seseorang tergantung bagaimana
seseorang dan sekuat apa seseorang ingin mengubah sikap terhadap pekerjaan yang
dijalaninya.
II.
Fase dalam memilih pekerjaan
Dalam memasuki
dunia kerja, seseorang yang memasuki fase usia dewasa awal harus malakukan
tahap-tahap penyesuaian pekerjaan, antara lain:
·
Pilihan
pekerjaan
Individu dapat memilih bidang pekerjaan yang sesuai
dengan bakat, minat, kompetensi dan faktor-faktor psikologis lainnya supaya ketika
bekerja kesehatan mental dan fisiknya dapat dikelola.
·
Stabilitas
pilihan pekerjaan
Dalam memilih pekerjaan, individu harus melakukannya
dengan mantap dan berpindah-pindah kerja masih dapat dilakukan di usia awal
dewasa dini.
·
Penyesuaian
diri dengan pekerjaan
Proses menyesuaikan diri dengan jenis pekerjaan yang
telah dipilih meliputi sifat dan jenis pekerjaan, melakukan adaptasi dengan
teman sejawat/kerja, pimpinan, lingkungan kerja dan aturan-aturan dalam dunia
kerjanya
III.
Hubungan antara karakteristik pribadi dan karakteristik pekerjaan
·
Karakteristik
pribadi
Sebuah
awal yang bagus adalah memilih ketertarikan apa yang kamu punya pada diri
sendiri dan kemampuan. Kalian adalah sebuah gabungan unik dari sifat
pribadi,ketertarikan,keahlian dan harga. Semakin baik yang kalian dapat ketahui
mengenai diri kalian sendiri maka lebih bijaksana dalam mengambil keputusan. Penting
untuk menyadari bahwa masing-masing dari kita berkualitas untuk banyak
kedudukan yang berbeda, tidak hanya satu. Seperti olahraga athletic termasuk
terbatas untuk sejumlah orang yang memiliki otot dan keahlian. Jadi kebanyakan
pekerjaan memerlukan hanya beberapa keahlian spesifik atau karakteristik.
Rahasianya terletak pada menemukan jenis pekerjaan yang memerlukan kekuatan
tertentu yang anda miliki.
Untuk memperluas kedua ketertarikan dan bakat kalian akan berubah dengan pengalaman dan waktu. Penelitian sudah menunjukkan kategori ketertarikan yang luas, seperti pada bidang obat-obatan. teknik atau bisnis, tetap stabil dari para remaja (Campbell,1971). Jika kalian menyukai sesuatu pada saat anda belasan dan awal 20, kesempatan yang sama akan kalian sukai pada tahun-tahun selanjutnya. Mungkin kalian pernah mendengar seseorang mengambil sebuah tes psikologi untuk membantu pemilihan karir. Sebenarnya, kebanyakan dari persediaan ketertarikan anda daripada sebuah test biasa. Saat ini, satu dari kebanyakan menggunakan instrument tes adalah Strong-Campbell Interest Inventory (SCII) yang mana menggabungkan banyak item dari versi awalnya Strong Inventory for males and females dengan menghilangkan item yang berdasarkan jenis kelamin. Hasilnya, yang mana biasanya dibagi secara terbuka dengan individu, menunjukan bagaimana ketertarikan seorang individu dibandingkan dengan orang-orang lain yang memiliki kedudukan yang berbeda. Jika kalian mengandalkan hasil tersebut sebagai sebuah pengganti untuk membuat keputusan pribadi, maka jawabanya akan negative. Tapi jika kalian menggunakan hasil tersebut sebagai sebuah sumber untuk mengklarifikasi ketertarikan kalian dalam rangka untuk membuat sebuah keputusan,maka jawabanya pasti positif. Seperti halnya instrument yang menunjukan reliabilitas yang besar dalam memprediksi apa seorang individu akan bersikeras atau keluar dari bidang pekerjaan tersebut. Mereka tidak bisa memprediksi kesuksesan pada bidang yang diberikan karena kebanyak faktor subjektif terlibat didalamnya. Tapi sudah itemukan bahwa apa yang membuat berhasil biasanya mendemonstrasikan lebih tinggi daripada rata-rata skor ketertarikan, sementara siapa yang akan keluar nanti biasanya lebih rendah daripada rata-rata skor (Shertzer,1981)
Untuk memperluas kedua ketertarikan dan bakat kalian akan berubah dengan pengalaman dan waktu. Penelitian sudah menunjukkan kategori ketertarikan yang luas, seperti pada bidang obat-obatan. teknik atau bisnis, tetap stabil dari para remaja (Campbell,1971). Jika kalian menyukai sesuatu pada saat anda belasan dan awal 20, kesempatan yang sama akan kalian sukai pada tahun-tahun selanjutnya. Mungkin kalian pernah mendengar seseorang mengambil sebuah tes psikologi untuk membantu pemilihan karir. Sebenarnya, kebanyakan dari persediaan ketertarikan anda daripada sebuah test biasa. Saat ini, satu dari kebanyakan menggunakan instrument tes adalah Strong-Campbell Interest Inventory (SCII) yang mana menggabungkan banyak item dari versi awalnya Strong Inventory for males and females dengan menghilangkan item yang berdasarkan jenis kelamin. Hasilnya, yang mana biasanya dibagi secara terbuka dengan individu, menunjukan bagaimana ketertarikan seorang individu dibandingkan dengan orang-orang lain yang memiliki kedudukan yang berbeda. Jika kalian mengandalkan hasil tersebut sebagai sebuah pengganti untuk membuat keputusan pribadi, maka jawabanya akan negative. Tapi jika kalian menggunakan hasil tersebut sebagai sebuah sumber untuk mengklarifikasi ketertarikan kalian dalam rangka untuk membuat sebuah keputusan,maka jawabanya pasti positif. Seperti halnya instrument yang menunjukan reliabilitas yang besar dalam memprediksi apa seorang individu akan bersikeras atau keluar dari bidang pekerjaan tersebut. Mereka tidak bisa memprediksi kesuksesan pada bidang yang diberikan karena kebanyak faktor subjektif terlibat didalamnya. Tapi sudah itemukan bahwa apa yang membuat berhasil biasanya mendemonstrasikan lebih tinggi daripada rata-rata skor ketertarikan, sementara siapa yang akan keluar nanti biasanya lebih rendah daripada rata-rata skor (Shertzer,1981)
·
Karakteristik
pekerjaan
Sekali
anda memulai menjelajahi ketertarikan anda sendiri,kemampuan,dan nilai, kalian
siap untuk mencari pekerjaan yang cocok dengan karakteristik pribadi anda.
Dengan lebih dari 20.000 pekerjaan yang berbeda untuk dipilih,ini bukanlah
tugas mudah. Untungnyam ada sumber buku untuk membati pencarian tersebut.
Seperti yang banyak digunakan Dictionary of Occupational (DOT) dan Occupational
Outlook Hand-book. Kedua buku direvisi secara teratur oleh pemerintah
percetakan. Sebagai tambahan, berbagai macam pekerjaan sudah teratur pada dasar
keluarga ataukelompok dari pekerjaan yang terkait. Masing-masing kelompok
menunjukan tokoh 9-1 berisi ratusan pekerjaan yang terdekat. Sebuah perangkat
yang membantu untuk menemukan pekerjaan yang paling cocok untuk kamu adalah
John Holland’s Self Directied Search For Vocational Planning. Yang mana dapat
dikelola sendiri. Ini berdasarkan dari kenyataan bahwa manusia di bidang
pekerjaan yang samasering memiliki sifat yang mirip,ketertarikan dan kebiasaan
dalam melakukan sesuatu. Holland (1973) menggambarkan 6 dari jenis kepribadian
bersama dengan lingkungan kerja mereka yang baik. Setelah mencocokan sejumlah kegiatan,ketertarikan
dan perkiraan kemampuan anda sendiri, kalian menjumblahkan item untuk menemukan
3 jenis kepribadian yang paling menyerupai.kemudian pada pekerjaan yang
terpisah penemu buklet, kalian mencocokan berbagai jenis kepribadian
digabungkan dengan beberapa pekerjaan yang cocok. O’connel dan Sedlacek (1972)
sudah menemukan Self-Directed search lebih handal dan sedikit membantu untuk
perencanaan ketertarikan jurusan.
IV.
Kepuasan kerja, penyesuaian diri dalam pekerjaan
Kepuasan kerja lebih umum didefinisikan
sebagai kepuasan individu terhadap pekrjaannya. Kepuasan kerja seseorang pada
dasarny tergantung pada selisih nilai antara harapan, kebutuhan atau nilai
dengan apa yang menurut perasaan atau persepsi telah diperoleh melalui
pekerjaan. Seseorang akan merasa puas jika tidak ada perbedaan antara yang
diinginkan dengan persepsinya atas pekerjaan.
V.
Bagaimana menggunakan waktu luang dengan positif
Waktu adalah satu-satunya modal yang
dimiliki oleh manusia, dan ia tidak boleh sampai kehilangan waktu. – Thomas A.
Edison. Meluangkan waktu itu ternyata penting dan banyak cara/kegiatan positif
yang bisa dilakukan untuk mengisi waktu luang. Misalnya olahraga, jalan-jalan,
melakukan hobby, atau ngeblog. Selain itu, mengisi waktu luang setelah
kesibukan yang mendera ibarat bayaran dari pekerjaan itu sendiri. Kita tidak
pernah menduga kalau kegiatan yang dilakukan di saat waktu luang bisa juga
menghasilkan atau mendapat penghargaan. Siapa yang tahu kalau suatu saat nanti,
kegiatan yang dilakukan di waktu luang, bisa menjadi penghasilan terbesar. Dan
bagaimana kita bisa punya waktu luang di sela-sela kesibukan dengan mengaturnya
sebaik mungkin? Berikut ini tips dan triknya:
1.
Coba sesuatu yang baru yang tidak menyita waktu kerja. Misalnya dengan menulis
di smartphone yang kita miliki
2.
Tentukan prioritas. Dengan prioritas bisa diketahui mana yang mendesak, mana
yang kurang. Tanpa prioritas, waktu terbuang percuma.
3.
Buat yang super sibuk, buatlah agenda yang harus ditaati. Masukkan waktu bekerja,
waktu untuk keluarga, dan waktu untuk diri sendiri.
4.
Jangan melakukan pekerjaan/hal yang lain sebelum menuntaskan pekerjaan yang
lebih dulu dilakukan. Yang ada keduanya berantakan!
Menggunakan
waktu dengan bijak, maka tidak ada istilah tidak punya waktu luang! Tidak ada
waktu yang terbuang percuma. Kuncinya terletak bukan pada bagaimana Anda
menghabiskan waktu, namun dalam menginvestasikan waktu Anda. Melakukan dua hal
bersamaan sama artinya dengan tidak melakukan sesuatu. - Stephen R. Covey
Jika merasa
jenuh dengan waktu yang telah dihabiskan, ubah kebiasaan itu. Manfaatkanlah
waktu luang.
B.
Self Directed Changes
A.
Konsep dan Penerapan Self-directed changes :
1.
Meningkatkan kontrol diri: mendasarkan diri pada kesadaran bahwa pada setiap
manusia memiliki kemampuan untuk mengembangkan dirinya sesuai dengan kondisi
yang dimiliki setiap manusia. Itu dapat terjadi sebagai akibat perubahan dalam
struktur kognitif yang dihasilkan oleh perubahan struktur kognitif itu sendiri
atau perubahan kebutuhan juga adanya motivasi internal serta belajar yang
efektif.
2.
Menetapkan tujuan: dimaksudkan untuk menjaga individu agar tetap tertuju pada
proses pembelajaran, dalam arti dapat mengetahui dan mampu secara mandiri
menetapkan mengenai apa yang ingin dipelajari dalam mencapai kesehatan mental,
serta tahu akan kemana tujuan hidupnya, cakap dalam mengambil keputusan dan
mampu berpartisipasi di masyarakat dan akan mampu mengarahkan dirinya.
3.
Menyusun konsekuensi yang efektif: pemahaman dalam arti sehat mental dapat
menentukan perubahan pada individu dalam melakukan mobilitas untuk melakukan
segala sesuatu aktifitas –aktifitas yang dilakukan oleh manusia, dalam
menanggapi stimulus lingkungan, yang meliputi aktivitas motoris, emosional,dan
kognitif dalam mencapai kematangan mental.
4.
Menerapkan perencana intervensi: membawa perubahan, tentunya pada perubahan
yang lebih baik. Dalam arti pemahaman nilai-nilai, karakter / watak, dan cara
cara berperilaku secara individual. Dalam arti kita harus lebih memahami cara
berperilaku pada kegiatan proses pembentukan watak dan pembelajaran secara
terencana.
5.
Evaluasi: faktor yang penting untuk mencapai kematangan pribadi, sedangkan
salah satu faktor penting untuk mengetahui keefektivan adalah evaluasi baik
terhadap proses maupun hasil pembelajaran.
Sumber
:
http://id.wikipedia.org/wiki/Sikap
http://pamangsah.blogspot.com/2009/04/perkembangan-sosial-fase-dewasa-awal.html
http://www.slideshare.net/wnfajar/nilai-sikap-dan-kepuasan-kerja
http://anyoo.blogspot.com/2011/05/nilai-pekerjaan.html
http://ipulord.blogspot.com/2012/04/self-directed-changes.html
http://erlita-dani.blogspot.com/2013/05/tulisan-7.html
Label: soft skill 4
Sabtu, 01 Juni 2013
A.
Hubungan Interpersonal
1. Model Pertukaran Sosial dan Analisis
Transaksional
Berdasarkan teori pertukaran sosial,
kita masuk ke dalam hubungan pertukaran dengan orang lain karena dari padanya
kita memperoleh imbalan. teori pertukaran sosial pun melihat antara perilaku
dengan lingkungan terdapat hubungan yang saling mempengaruhi (reciprocal). Karena lingkungan kita
umumnya terdiri atas orang-orang lain, maka kita dan orang-orang lain tersebut
dipandang mempunyai perilaku yang saling mempengaruhi Dalam hubungan tersebut
terdapat unsur imbalan (reward),
pengorbanan (cost) dan
keuntungan (profit). Imbalan
merupakan segala hal yang diperloleh melalui adanya pengorbanan,
pengorbanan merupakan semua hal yang dihindarkan, dan keuntungan adalah imbalan
dikurangi oleh pengorbanan. Jadi perilaku sosial terdiri atas pertukaran paling
sedikit antar dua orang berdasarkan perhitungan untung-rugi. Misalnya,
pola-pola perilaku di tempat kerja, percintaan, perkawinan, persahabatan
- hanya akan langgeng manakala kalau semua pihak yang terlibat merasa
teruntungkan. Jadi perilaku seseorang dimunculkan karena berdasarkan
perhitungannya, akan menguntungkan bagi dirinya, demikian pula sebaliknya jika
merugikan maka perilaku tersebut tidak ditampilkan.
Analisis
transaksional adalah sistem terapi yang berlandaskan teori kepribadian yang
mengunakan tiga pola tingkah laku atau perwakilan ego yang terpisah, yaitu
orang tua, orang dewasa dan anak. Ego orang tua adalah bagian kepribadian
yang merupakan introyeksi dari orang tua atau dari subsitut orang tua. Jika ego
orang tua itu dialami kembali oleh kita, maka apa yang dibayangkan oleh kita
adalah perasaan-perasaan orang tua kita dalam suatu situasi, atau kita merasa
dan bertindak terhadap orang lain dengan cara yang sama dengan perasaan dan
tindakan orang tua kita terhadap kita. Ego orang tua berisi perintah-perintah “
harus” dan “ semestinya” .
2. Pembentukkan Kesan dan Ketertarikan Interpersonal
dalam Memulai Hubungan
Imperssion formation (pembentukkan
kesan) merupakan proses dimana kita menyusun kesan tentang seseorang.
Kebanyakan orang mempedulikan tata cara membentuk kesan pertama yang baik pada
orang lain karena mereka percaya bahwa kesan pertama akan memberi efek yang
lama dan menetap dalam ingatan orang. Maka, dalam rangka membuat kesan yang
baik terhadap orang lain, individu sering kali melakukan manajemen kesan.
Strategi yang dapat dilakukan dalam melakukan manajemen kesan, yaitu :
a. self-enhancement yaitu usaha untuk meningkatkan daya tarik
seseorang terhadap orang lain.
b. other enhancement yaitu usaha untuk melahirkan mood atau reaksi positif pada orang lain.
Sedangkan ketertarikan mengacu
pada sikap positif dan negatif yang kita bentuk terhadap orang lain. Keadaan
efektif positif dan negatif mempengaruhi ketertarikan baik langsung maupun tak
langsung. Efek langsung terjadi ketika orang lain berperan terhadap emosi yang
terkait. Efek tak langsung terjadi ketika sumber emosi ada di tempat lain dan
orang lain tersebut hanya terasosiasikan dengan keberadaannya.
3. Peran, Konflik, dan Adequacy Peran
serta Autentitas dalam Peran
Model peran.
Menganggap hubungan interpersonal sebagai panggung
sandiwara. Disini setiap orang harus memerankan peranannya sesuai dengan naskah
yang telah dibuat oleh masyarakat. Hubungan interpersonal berkembang baik bila
setiap individu bertindak sesuai dengan peranannya.
Model Interaksional.
Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai
suatu sistem. Setiap sistem memiliki sifat-sifat strukural, integratif dan
medan. Semua sistem terdiri dari subsistem-subsistem yang saling tergantung dan
bertindak bersama sebagai suatu kesatuan. Pemutusan Hubungan Menurut R.D. Nye
dalam bukunya yang berjudul Conflict Among Humans, setidaknya ada lima sumber
konflik yang dapat menyebabkan pemutusan hubungan, yaitu:
a)
Kompetisi, dimana salah satu pihak berusaha memperoleh sesuatu dengan
mengorbankan orang lain. Misalnya, menunjukkan kelebihan dalam bidang tertentu
dengan merendahkan orang lain.
b)
Dominasi, dimana salah satu pihak berusaha mengendalikan pihak lainsehingga
orang tersebut merasakan hak-haknya dilanggar.
c)
Kegagalan, dimana masing-masing berusaha menyalahkan yang lain apabila
tujuan bersama tidak tercapai.
d)
Provokasi, dimana salah satu pihak terus-menerus berbuat sesuatu yang ia
ketahui menyinggung perasaan yang lain.
e)
Perbedaan nilai, dimana kedua pihak tidak sepakat tentang nilai-nilai yang
mereka anut.
4. Intimasi dan Hubungan Pribadi
Pengertian intimasi menurut Sullivan (Prager, 1995)
mendefinisikan intimasi sebagai bentuk tingkah laku penyesuaian seseorang untuk
mengekspresikan akan kebutuhannya terhadap orang lain. Sedangkan menurut Steinberg (1993) berpendapat bahwa suatu hubungan intim adalah sebuah
ikatan emosional antara dua individu yang didasari oleh kesejahteraan satu sama
lain, keinginan untuk memperlihatkan pribadi masing-masing yang terkadang lebih
bersifat sensitif serta saling berbagi kegemaran dan aktivitas yang sama.
Dalam suatu hubungan juga perlu
adanya companionate love, passionate love dan intimacy love. Karena apabila
kurang salah satu saja di dalam suatu hubungan atau mungkin hanya salah satu di
antara ketiganya itu di dalam suatu hubungan maka yang akan terjadi adalah
hubungan tersebut tidak akan berjalan dengan langgeng atau awet, justru
sebaliknya setiap pasangan tidak merasakan kenyamanan dari pasangannya tersebut
sehingga yang terjadi adalah hubungan tersebut bubar dan tidak akan ada lagi
harapan untuk membangun hubungan yang harmonis dan langgeng.
Komunikasi yang selalu terjaga,
kepercayaan, kejujuran dan saling terbuka pun menjadi modal yang cukup untuk
membina hubungan yang harmonis. Maka jangan kaget apabila komunikasi kita
dengan pasangan tidak berjalan dengan mulus atau selalu terjaga bisa jadi
hubungan kita akan terancam bubar atau hancur. Tentu saja itu akan menyakitkan
hati kita dan setiap pasangan di dunia ini pun tidak pernah menginginkan hal
berikut.
5. Intimasi dan Pertumbuhan
Seperti yang dikatakan oleh
Stenberg intimasi adalah adalah sebuah ikatan emosional
antara dua individu yang didasari oleh kesejahteraan satu sama lain, keinginan
untuk memperlihatkan pribadi masing-masing yang terkadang lebih bersifat
sensitif serta saling berbagi kegemaran dan aktivitas yang sama. Intimasi sangat berpengaruh dalam
pertumbuhan karena dapat memperlihatkan pribadi masing – masing.
B. Cinta dan Perkawinan
1. Bagaimana
Memilih Pasangan
Memilih
pasangan untuk menemani kehidupan pasti dilakukan oleh semua orang. Pemilihan
pasngan tersebut pasti berbeda pula antara satu individu dengan individu lain,
mungkin yang sama adalah keinginan mendapat pasangan dengan cinta yang tulus.
Banyak orang yang memilih pasangan berdasarkan latar belakang pendidikan dan
ekonomi keluarga yang harus tinggi, tetapi ada pula yang tidak terlalu
mementingkan pendidikan dan ekonomi hanya mementingkan adanya rasa tanggung
jawab terhadap keluarga nantinya. Memilih pasangan yang baik adalah memilih
pasangan sesuai dengan yang diinginkan atau sesuai dengan hati, karena apabila
memilih pasangan tidak sesuai keinginan maka akan muncul masalah – masalah yang
tidak diinginkan apabila sudah berlanjut ke pernikahan. Seperti tidak ada
tanggung jawab bahkan perceraian di umur pernikahan yang masih muda.
2. Seluk
Beluk Hubungan dalam Perkawinan
Pernikahan
pasti di inginkan oleh semua orang, termasuk pernikahan dengan hubungan yang
harmonis. Yang mengetahui seluk beluk dalam perkawinan adalah orang – orang itu
sendiri yang sudah menikah. Walaupun sekarang ini banyak yang menikah muda
karena MBA ataupun karena urusan finansial tak jarang dari mereka yang sudah
paham bagaimana dan apa yang harus mereka lakukan dan mengetahui seluk beluk
yang ada dalam hubungan pernikahan mereka.
3. Penyesuaian
Diri dan Pertumbuhan dalam Perkawinan
Seseorang
yang sudah menikah harus bisa menyesuaikan diri dengan pasangannya. Harus bisa
membagi waktu untuk pasangan dan diri sendiri, harus bisa saling memahami dan
lebih berpikir dewasa lagi. Walaupun sudah menikah bukan berarti terikat
sepenuhnya karena tiap orang memiliki kebutuhan dan kewajiban masing – masing. Fase kehidupan
juga merupakan pertumbuhan dari sebuah pernikahan. Menyatukan dua pribadi yang
berbeda untuk terciptanya sebuah penyatuan yang didasarkan atas nama cinta.
Segala bentuk persoalan yang pada mulanya membutuhkan bantuan baik dari
keluarga dan orang tua, sehingga seiring berjalannya waktu karena telah
tumbuhnya kedewasaan yang lebih dan telah terbiasanya mereka hadapi, membuat
keduanya menjadi kuat dan mampu mengadaptasikan diri dalam kehidupan
berkeluarga.
4.
Perceraian dan Pernikahan Kembali
Penyebab perceraian kebanyakan
terjadi karena didalamnya terselip berbagai persoalan rumah tangga yang tidak
menemukan akhir penyelesaiannya. Dibutuhkan kekompakkan antara keduanya dalam
menghadapi berbagai persoalan itu. Pengertian yang seharusnya bisa mereka
tanamkan, karena jika minimnya sikap saling pengertian keegoisan memuncak. Jika
keegoisan diiringi dengan kemarahan yang membara, perlu juga kesabaran. Tidak
diperkenankan keduanya saling mengadu amarahnya. Justru jika misalnya istri
lebih sensitif dengan menunjukkan kemarahannya, maka suami harus lebih mampu
meredam amarahnya. Sehingga konflik yang sedang terjadi tidak semakin besar. Tidak
menutup kemungkinan juga, konflik yang pada akhirnya menimbulkan perceraian itu
bisa terjadi karena adanya pihak ketiga yang dengan sengaja menyebarkan
kesalahpahaman diantara pasangan tersebut.
Memilih
sisi positif berarti memilih cara paling efektif dan efisien dalam hidup.
Seharusnya pada kedalaman diri kita, terdapat keseimbangan dua rasa yang saling
berlawanan ketika hubungan yang mesra itu berada dalam ujian. Pertama-tama
memang sekelompok perasaan tertentu yang mendominasi. Tetapi sekelompk rasa yang
lainnya tidak lagnsung mundur diri. Ia tetap ada walau terpaksa mundur dan
sembunyi di pojok gelap untuk menuggu kesempatan. Suami-istri menjalankan tugas
dan peran masing-masing dengan cepat. Keduanya akan merasa lemah ketika tidak
bisa mencari jalan keluar dari sisi-sisi negatif. Mereka merasa bahwa jiwanya
adalah karikatur kepribadiannya dalam kehidupan rumah tangga. Jika semua orang
memikirkan apa saja yang menyenangkan pasangannya lalu meninggalkan apa yang
tidak mereka senangi, tentu saja hubungan keluarga tidak akan hancur. Namun,
berbeda jika pasangan telah menemukan jalan keluar dari perosalan yang mereka
hadapi. Mereka akan cenderung introspeksi diri dengan perbuatan dan
kesalahan-kesalahannya sehingga menyadarkan dirinya bahwa masalah itu tidak
sepenuhnya selesai dengan kemarahan dan kesalahan satu pihak saja. Yang pada
akhirnya pasangan yang telah bercerai tersebut bisa memulai hidup yang baru
dengan menikah kembali dengan pasangannya.
5.
Alternatif selain pernikahan
Ada banyak alasan untuk tetap
melajang. Perkembangan jaman, perubahan gaya hidup, kesibukan pekerjaan yang
menyita waktu, belum bertemu dengan pujaan hati yang cocok, biaya hidup yang
tinggi, perceraian yang kian marak, dan berbagai alasan lainnya membuat seorang
memilih untuk tetap hidup melajang. Batasan usia untuk menikah kini semakin
bergeser, apalagi tingkat pendidikan dan kesibukan meniti karir juga ikut
berperan dalam memperpanjang batasan usia seorang untuk menikah. Keputusan
untuk melajang bukan lagi terpaksa, tetapi merupakan sebuah pilihan. Itulah
sebabnya, banyak pria dan perempuan yang memilih untuk tetap hidup melajang. Persepsi
masyarakat terhadap orang yang melajang, seiring dengan perkembangan jaman,
juga berubah. Seringkali kita melihat seorang yang masih hidup melajang,
mempunyai wajah dan penampilan di atas rata-rata dan supel. Baik pelajang pria
maupun wanita, mereka pun pandai bergaul, memiliki posisi pekerjaan yang cukup
menjanjikan, tingkat pendidikan yang baik.
Alasan yang paling sering
dikemukakan oleh seorang single adalah tidak ingin kebebasannya
dikekang. Apalagi jika mereka telah sekian lama menikmati kebebasan bagaikan
burung yang terbang bebas di angkasa. Jika hendak pergi, tidak perlu meminta
ijin dan menganggap pernikahan akan membelenggu kebebasan. Belum lagi jika
mendapatkan pasangan yang sangat posesif dan cemburu. Melajang adalah sebuah
sebuah pilihan dan bukan terpaksa, selama pelajang menikmati hidupnya. Pelajang
akan mengakhiri masa lajangnya dengan senang hati jika telah menemukan seorang
yang telah cocok di hati.
Kehidupan
melajang bukanlah sebuah hal yang perlu ditakuti. Bukan pula sebuah
pemberontakan terhadap sebuah ikatan pernikahan. Hanya, mereka belum ketemu
jodoh yang cocok untuk berbagi dalam suka dan duka serta menghabiskan waktu bersama
di hari tua.
Sumber :
shafashan15.blogspot.com/2012/04/hubungan-interpersonal.html
http://21juli1991.blogspot.com/2013/05/cinta-dan-perkawinan.html
http://khayeoja.blogspot.com/2012/04/cinta-dan-perkawinan.html
Label: soft skill 4
;;
Subscribe to:
Postingan (Atom)