Minggu, 30 Juni 2013

A. Pekerjaan dan waktu luang
I. Mengubah sikap terhadap pekerjaaan
            Sikap adalah suatu pernyataan evaluatif terhadap objek, orang atau peristiwa. Hal ini mencerminkan perasaan seseorang terhadap sesuatu. Sikap seseorang terhadap pekerjaan pasti berbeda – beda dengan orang yang lain. Ada yang menyikapinya dengan kemalasan ada juga yang dengan ketekunan. Sikap malas seseorang terhadap pekerjaan harus diubah agar orang tersebut tidak dikeluarkan dari suatu pekerjaan. Mengubah sikap terhadap pekerjaan tergantung dari orang tersebut ingin memakai cara yang seperti apa. Bisa mulai dari cara membiasakan diri dengan sering melakukan pekerjaan tersebut dengan tenang dan rileks, lalu membuat diri merasa nyaman saat melakukan suatu pekerjaan, bahkan bisa juga dengan mencintai pekerjaan tersebut dengan cara meyakinkan diri bahwa pekerjaan ini tidak membuat diri merasa sulit. Semua cara mengubah sikap terhadap seseorang tergantung bagaimana seseorang dan sekuat apa seseorang ingin mengubah sikap terhadap pekerjaan yang dijalaninya.
II. Fase dalam memilih pekerjaan
   Dalam memasuki dunia kerja, seseorang yang memasuki fase usia dewasa awal harus malakukan tahap-tahap penyesuaian pekerjaan, antara lain:
·         Pilihan pekerjaan
Individu dapat memilih bidang pekerjaan yang sesuai dengan bakat, minat, kompetensi dan faktor-faktor psikologis lainnya supaya ketika bekerja kesehatan mental dan fisiknya dapat dikelola.

·         Stabilitas pilihan pekerjaan
Dalam memilih pekerjaan, individu harus melakukannya dengan mantap dan berpindah-pindah kerja masih dapat dilakukan di usia awal dewasa dini.

·         Penyesuaian diri dengan pekerjaan
Proses menyesuaikan diri dengan jenis pekerjaan yang telah dipilih meliputi sifat dan jenis pekerjaan, melakukan adaptasi dengan teman sejawat/kerja, pimpinan, lingkungan kerja dan aturan-aturan dalam dunia kerjanya

III. Hubungan antara karakteristik pribadi dan karakteristik pekerjaan
·         Karakteristik pribadi
Sebuah awal yang bagus adalah memilih ketertarikan apa yang kamu punya pada diri sendiri dan kemampuan. Kalian adalah sebuah gabungan unik dari sifat pribadi,ketertarikan,keahlian dan harga. Semakin baik yang kalian dapat ketahui mengenai diri kalian sendiri maka lebih bijaksana dalam mengambil keputusan. Penting untuk menyadari bahwa masing-masing dari kita berkualitas untuk banyak kedudukan yang berbeda, tidak hanya satu. Seperti olahraga athletic termasuk terbatas untuk sejumlah orang yang memiliki otot dan keahlian. Jadi kebanyakan pekerjaan memerlukan hanya beberapa keahlian spesifik atau karakteristik. Rahasianya terletak pada menemukan jenis pekerjaan yang memerlukan kekuatan tertentu yang anda miliki.
Untuk memperluas kedua ketertarikan dan bakat kalian akan berubah dengan pengalaman dan waktu. Penelitian sudah menunjukkan kategori ketertarikan yang luas, seperti pada bidang obat-obatan. teknik atau bisnis, tetap stabil dari para remaja (Campbell,1971). Jika kalian menyukai sesuatu pada saat anda belasan dan awal 20, kesempatan yang sama akan kalian sukai pada tahun-tahun selanjutnya. Mungkin kalian pernah mendengar seseorang mengambil sebuah tes psikologi untuk membantu pemilihan karir. Sebenarnya, kebanyakan dari persediaan ketertarikan anda daripada sebuah test biasa. Saat ini, satu dari kebanyakan menggunakan instrument tes adalah Strong-Campbell Interest Inventory (SCII) yang mana menggabungkan banyak item dari versi awalnya Strong Inventory for males and females dengan menghilangkan item yang berdasarkan jenis kelamin. Hasilnya, yang mana biasanya dibagi secara terbuka dengan individu, menunjukan bagaimana ketertarikan seorang individu dibandingkan dengan orang-orang lain yang memiliki kedudukan yang berbeda. Jika kalian mengandalkan hasil tersebut sebagai sebuah pengganti untuk membuat keputusan pribadi, maka jawabanya akan negative. Tapi jika kalian menggunakan hasil tersebut sebagai sebuah sumber untuk mengklarifikasi ketertarikan kalian dalam rangka untuk membuat sebuah keputusan,maka jawabanya pasti positif. Seperti halnya instrument yang menunjukan reliabilitas yang besar dalam memprediksi apa seorang individu akan bersikeras atau keluar dari bidang pekerjaan tersebut. Mereka tidak bisa memprediksi kesuksesan pada bidang yang diberikan karena kebanyak faktor subjektif terlibat didalamnya. Tapi sudah itemukan bahwa apa yang membuat berhasil biasanya mendemonstrasikan lebih tinggi daripada rata-rata skor ketertarikan, sementara siapa yang akan keluar nanti biasanya lebih rendah daripada rata-rata skor (Shertzer,1981)

·         Karakteristik pekerjaan
Sekali anda memulai menjelajahi ketertarikan anda sendiri,kemampuan,dan nilai, kalian siap untuk mencari pekerjaan yang cocok dengan karakteristik pribadi anda. Dengan lebih dari 20.000 pekerjaan yang berbeda untuk dipilih,ini bukanlah tugas mudah. Untungnyam ada sumber buku untuk membati pencarian tersebut. Seperti yang banyak digunakan Dictionary of Occupational (DOT) dan Occupational Outlook Hand-book. Kedua buku direvisi secara teratur oleh pemerintah percetakan. Sebagai tambahan, berbagai macam pekerjaan sudah teratur pada dasar keluarga ataukelompok dari pekerjaan yang terkait. Masing-masing kelompok menunjukan tokoh 9-1 berisi ratusan pekerjaan yang terdekat. Sebuah perangkat yang membantu untuk menemukan pekerjaan yang paling cocok untuk kamu adalah John Holland’s Self Directied Search For Vocational Planning. Yang mana dapat dikelola sendiri. Ini berdasarkan dari kenyataan bahwa manusia di bidang pekerjaan yang samasering memiliki sifat yang mirip,ketertarikan dan kebiasaan dalam melakukan sesuatu. Holland (1973) menggambarkan 6 dari jenis kepribadian bersama dengan lingkungan kerja mereka yang baik. Setelah mencocokan sejumlah kegiatan,ketertarikan dan perkiraan kemampuan anda sendiri, kalian menjumblahkan item untuk menemukan 3 jenis kepribadian yang paling menyerupai.kemudian pada pekerjaan yang terpisah penemu buklet, kalian mencocokan berbagai jenis kepribadian digabungkan dengan beberapa pekerjaan yang cocok. O’connel dan Sedlacek (1972) sudah menemukan Self-Directed search lebih handal dan sedikit membantu untuk perencanaan ketertarikan jurusan.

IV. Kepuasan kerja, penyesuaian diri dalam pekerjaan
            Kepuasan kerja lebih umum didefinisikan sebagai kepuasan individu terhadap pekrjaannya. Kepuasan kerja seseorang pada dasarny tergantung pada selisih nilai antara harapan, kebutuhan atau nilai dengan apa yang menurut perasaan atau persepsi telah diperoleh melalui pekerjaan. Seseorang akan merasa puas jika tidak ada perbedaan antara yang diinginkan dengan persepsinya atas pekerjaan.

V. Bagaimana menggunakan waktu luang dengan positif
Waktu adalah satu-satunya modal yang dimiliki oleh manusia, dan ia tidak boleh sampai kehilangan waktu. – Thomas A. Edison. Meluangkan waktu itu ternyata penting dan banyak cara/kegiatan positif yang bisa dilakukan untuk mengisi waktu luang. Misalnya olahraga, jalan-jalan, melakukan hobby, atau ngeblog. Selain itu, mengisi waktu luang setelah kesibukan yang mendera ibarat bayaran dari pekerjaan itu sendiri. Kita tidak pernah menduga kalau kegiatan yang dilakukan di saat waktu luang bisa juga menghasilkan atau mendapat penghargaan. Siapa yang tahu kalau suatu saat nanti, kegiatan yang dilakukan di waktu luang, bisa menjadi penghasilan terbesar. Dan bagaimana kita bisa punya waktu luang di sela-sela kesibukan dengan mengaturnya sebaik mungkin? Berikut ini tips dan triknya:
1.      Coba sesuatu yang baru yang tidak menyita waktu kerja. Misalnya dengan menulis di smartphone yang kita miliki
2.      Tentukan prioritas. Dengan prioritas bisa diketahui mana yang mendesak, mana yang kurang. Tanpa prioritas, waktu terbuang percuma.
3.      Buat yang super sibuk, buatlah agenda yang harus ditaati. Masukkan waktu bekerja, waktu untuk keluarga, dan waktu untuk diri sendiri.
4.      Jangan melakukan pekerjaan/hal yang lain sebelum menuntaskan pekerjaan yang lebih dulu dilakukan. Yang ada keduanya berantakan!
Menggunakan waktu dengan bijak, maka tidak ada istilah tidak punya waktu luang! Tidak ada waktu yang terbuang percuma. Kuncinya terletak bukan pada bagaimana Anda menghabiskan waktu, namun dalam menginvestasikan waktu Anda. Melakukan dua hal bersamaan sama artinya dengan tidak melakukan sesuatu. - Stephen R. Covey
Jika merasa jenuh dengan waktu yang telah dihabiskan, ubah kebiasaan itu. Manfaatkanlah waktu luang.



B. Self Directed Changes
A. Konsep dan Penerapan Self-directed changes :
1. Meningkatkan kontrol diri: mendasarkan diri pada kesadaran bahwa pada setiap manusia memiliki kemampuan untuk mengembangkan dirinya sesuai dengan kondisi yang dimiliki setiap manusia. Itu dapat terjadi sebagai akibat perubahan dalam struktur kognitif yang dihasilkan oleh perubahan struktur kognitif itu sendiri atau perubahan kebutuhan juga adanya motivasi internal serta belajar yang efektif.
2. Menetapkan tujuan: dimaksudkan untuk menjaga individu agar tetap tertuju pada proses pembelajaran, dalam arti dapat mengetahui dan mampu secara mandiri menetapkan mengenai apa yang ingin dipelajari dalam mencapai kesehatan mental, serta tahu akan kemana tujuan hidupnya, cakap dalam mengambil keputusan dan mampu berpartisipasi di masyarakat dan akan mampu mengarahkan dirinya.
3. Menyusun konsekuensi yang efektif: pemahaman dalam arti sehat mental dapat menentukan perubahan pada individu dalam melakukan mobilitas untuk melakukan segala sesuatu aktifitas –aktifitas yang dilakukan oleh manusia, dalam menanggapi stimulus lingkungan, yang meliputi aktivitas motoris, emosional,dan kognitif dalam mencapai kematangan mental.
4. Menerapkan perencana intervensi: membawa perubahan, tentunya pada perubahan yang lebih baik. Dalam arti pemahaman nilai-nilai, karakter / watak, dan cara cara berperilaku secara individual. Dalam arti kita harus lebih memahami cara berperilaku pada kegiatan proses pembentukan watak dan pembelajaran secara terencana.
5. Evaluasi: faktor yang penting untuk mencapai kematangan pribadi, sedangkan salah satu faktor penting untuk mengetahui keefektivan adalah evaluasi baik terhadap proses maupun hasil pembelajaran.

Sumber :
http://id.wikipedia.org/wiki/Sikap
http://pamangsah.blogspot.com/2009/04/perkembangan-sosial-fase-dewasa-awal.html
http://www.slideshare.net/wnfajar/nilai-sikap-dan-kepuasan-kerja
http://anyoo.blogspot.com/2011/05/nilai-pekerjaan.html
http://ipulord.blogspot.com/2012/04/self-directed-changes.html
http://erlita-dani.blogspot.com/2013/05/tulisan-7.html

Sabtu, 01 Juni 2013

A. Hubungan Interpersonal

1. Model Pertukaran Sosial dan Analisis Transaksional
            Berdasarkan teori pertukaran sosial, kita masuk ke dalam hubungan pertukaran dengan orang lain karena dari padanya kita memperoleh imbalan. teori pertukaran sosial pun melihat antara perilaku dengan lingkungan terdapat hubungan yang saling mempengaruhi (reciprocal). Karena lingkungan kita umumnya terdiri atas orang-orang lain, maka kita dan orang-orang lain tersebut dipandang mempunyai perilaku yang saling mempengaruhi Dalam hubungan tersebut terdapat unsur imbalan (reward), pengorbanan (cost) dan keuntungan (profit). Imbalan merupakan segala hal yang diperloleh melalui adanya  pengorbanan, pengorbanan merupakan semua hal yang dihindarkan, dan keuntungan adalah imbalan dikurangi oleh pengorbanan. Jadi perilaku sosial terdiri atas pertukaran paling sedikit antar dua orang berdasarkan perhitungan untung-rugi. Misalnya, pola-pola perilaku  di tempat kerja, percintaan, perkawinan, persahabatan - hanya akan langgeng manakala kalau semua pihak yang terlibat merasa teruntungkan. Jadi perilaku seseorang dimunculkan karena berdasarkan perhitungannya, akan menguntungkan bagi dirinya, demikian pula sebaliknya jika merugikan maka perilaku tersebut tidak ditampilkan.
Analisis transaksional adalah sistem terapi yang berlandaskan teori kepribadian yang mengunakan tiga pola tingkah laku atau perwakilan ego yang terpisah, yaitu orang tua, orang dewasa dan anak. Ego orang tua adalah bagian kepribadian yang merupakan introyeksi dari orang tua atau dari subsitut orang tua. Jika ego orang tua itu dialami kembali oleh kita, maka apa yang dibayangkan oleh kita adalah perasaan-perasaan orang tua kita dalam suatu situasi, atau kita merasa dan bertindak terhadap orang lain dengan cara yang sama dengan perasaan dan tindakan orang tua kita terhadap kita. Ego orang tua berisi perintah-perintah “ harus” dan “ semestinya” .

2. Pembentukkan Kesan dan Ketertarikan Interpersonal dalam Memulai Hubungan
            Imperssion formation (pembentukkan kesan) merupakan proses dimana kita menyusun kesan tentang seseorang. Kebanyakan orang mempedulikan tata cara membentuk kesan pertama yang baik pada orang lain karena mereka percaya bahwa kesan pertama akan memberi efek yang lama dan menetap dalam ingatan orang. Maka, dalam rangka membuat kesan yang baik terhadap orang lain, individu sering kali melakukan manajemen kesan. Strategi yang dapat dilakukan dalam melakukan manajemen kesan, yaitu :
a. self-enhancement yaitu usaha untuk meningkatkan daya tarik seseorang terhadap orang lain.
b. other enhancement yaitu usaha untuk melahirkan mood atau reaksi positif pada orang lain.
Sedangkan ketertarikan mengacu pada sikap positif dan negatif yang kita bentuk terhadap orang lain. Keadaan efektif positif dan negatif mempengaruhi ketertarikan baik langsung maupun tak langsung. Efek langsung terjadi ketika orang lain berperan terhadap emosi yang terkait. Efek tak langsung terjadi ketika sumber emosi ada di tempat lain dan orang lain tersebut hanya terasosiasikan dengan keberadaannya.

3. Peran, Konflik, dan Adequacy Peran serta Autentitas dalam Peran
Model peran.
Menganggap hubungan interpersonal sebagai panggung sandiwara. Disini setiap orang harus memerankan peranannya sesuai dengan naskah yang telah dibuat oleh masyarakat. Hubungan interpersonal berkembang baik bila setiap individu bertindak sesuai dengan peranannya.

Model Interaksional.
Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu sistem. Setiap sistem memiliki sifat-sifat strukural, integratif dan medan. Semua sistem terdiri dari subsistem-subsistem yang saling tergantung dan bertindak bersama sebagai suatu kesatuan. Pemutusan Hubungan Menurut R.D. Nye dalam bukunya yang berjudul Conflict Among Humans, setidaknya ada lima sumber konflik yang dapat menyebabkan pemutusan hubungan, yaitu:
a)      Kompetisi, dimana salah satu pihak berusaha memperoleh sesuatu dengan mengorbankan orang lain. Misalnya, menunjukkan kelebihan dalam bidang tertentu dengan merendahkan orang lain.
b)     Dominasi, dimana salah satu pihak berusaha mengendalikan pihak lainsehingga orang tersebut merasakan hak-haknya dilanggar.
c)      Kegagalan, dimana masing-masing berusaha menyalahkan yang lain apabila tujuan bersama tidak tercapai.
d)     Provokasi, dimana salah satu pihak terus-menerus berbuat sesuatu yang ia ketahui menyinggung perasaan yang lain.
e)      Perbedaan nilai, dimana kedua pihak tidak sepakat tentang nilai-nilai yang mereka anut.

4. Intimasi dan Hubungan Pribadi
                  Pengertian intimasi menurut Sullivan (Prager, 1995) mendefinisikan intimasi sebagai bentuk tingkah laku penyesuaian seseorang untuk mengekspresikan akan kebutuhannya terhadap orang lain. Sedangkan menurut Steinberg (1993) berpendapat bahwa suatu hubungan intim adalah sebuah ikatan emosional antara dua individu yang didasari oleh kesejahteraan satu sama lain, keinginan untuk memperlihatkan pribadi masing-masing yang terkadang lebih bersifat sensitif serta saling berbagi kegemaran dan aktivitas yang sama.
Dalam suatu hubungan juga perlu adanya companionate love, passionate love dan intimacy love. Karena apabila kurang salah satu saja di dalam suatu hubungan atau mungkin hanya salah satu di antara ketiganya itu di dalam suatu hubungan maka yang akan terjadi adalah hubungan tersebut tidak akan berjalan dengan langgeng atau awet, justru sebaliknya setiap pasangan tidak merasakan kenyamanan dari pasangannya tersebut sehingga yang terjadi adalah hubungan tersebut bubar dan tidak akan ada lagi harapan untuk membangun hubungan yang harmonis dan langgeng.

Komunikasi yang selalu terjaga, kepercayaan, kejujuran dan saling terbuka pun menjadi modal yang cukup untuk membina hubungan yang harmonis. Maka jangan kaget apabila komunikasi kita dengan pasangan tidak berjalan dengan mulus atau selalu terjaga bisa jadi hubungan kita akan terancam bubar atau hancur. Tentu saja itu akan menyakitkan hati kita dan setiap pasangan di dunia ini pun tidak pernah menginginkan hal berikut.

5. Intimasi dan Pertumbuhan
                  Seperti yang dikatakan oleh Stenberg intimasi adalah adalah sebuah ikatan emosional antara dua individu yang didasari oleh kesejahteraan satu sama lain, keinginan untuk memperlihatkan pribadi masing-masing yang terkadang lebih bersifat sensitif serta saling berbagi kegemaran dan aktivitas yang sama. Intimasi sangat berpengaruh dalam pertumbuhan karena dapat memperlihatkan pribadi masing – masing.

B. Cinta dan Perkawinan

1. Bagaimana Memilih Pasangan
            Memilih pasangan untuk menemani kehidupan pasti dilakukan oleh semua orang. Pemilihan pasngan tersebut pasti berbeda pula antara satu individu dengan individu lain, mungkin yang sama adalah keinginan mendapat pasangan dengan cinta yang tulus. Banyak orang yang memilih pasangan berdasarkan latar belakang pendidikan dan ekonomi keluarga yang harus tinggi, tetapi ada pula yang tidak terlalu mementingkan pendidikan dan ekonomi hanya mementingkan adanya rasa tanggung jawab terhadap keluarga nantinya. Memilih pasangan yang baik adalah memilih pasangan sesuai dengan yang diinginkan atau sesuai dengan hati, karena apabila memilih pasangan tidak sesuai keinginan maka akan muncul masalah – masalah yang tidak diinginkan apabila sudah berlanjut ke pernikahan. Seperti tidak ada tanggung jawab bahkan perceraian di umur pernikahan yang masih muda.

2. Seluk Beluk Hubungan dalam Perkawinan
            Pernikahan pasti di inginkan oleh semua orang, termasuk pernikahan dengan hubungan yang harmonis. Yang mengetahui seluk beluk dalam perkawinan adalah orang – orang itu sendiri yang sudah menikah. Walaupun sekarang ini banyak yang menikah muda karena MBA ataupun karena urusan finansial tak jarang dari mereka yang sudah paham bagaimana dan apa yang harus mereka lakukan dan mengetahui seluk beluk yang ada dalam hubungan pernikahan mereka.

3. Penyesuaian Diri dan Pertumbuhan dalam Perkawinan
            Seseorang yang sudah menikah harus bisa menyesuaikan diri dengan pasangannya. Harus bisa membagi waktu untuk pasangan dan diri sendiri, harus bisa saling memahami dan lebih berpikir dewasa lagi. Walaupun sudah menikah bukan berarti terikat sepenuhnya karena tiap orang memiliki kebutuhan dan kewajiban masing – masing. Fase kehidupan juga merupakan pertumbuhan dari sebuah pernikahan. Menyatukan dua pribadi yang berbeda untuk terciptanya sebuah penyatuan yang didasarkan atas nama cinta. Segala bentuk persoalan yang pada mulanya membutuhkan bantuan baik dari keluarga dan orang tua, sehingga seiring berjalannya waktu karena telah tumbuhnya kedewasaan yang lebih dan telah terbiasanya mereka hadapi, membuat keduanya  menjadi kuat dan mampu mengadaptasikan diri dalam kehidupan berkeluarga.

4. Perceraian dan Pernikahan Kembali
            Penyebab perceraian kebanyakan terjadi karena didalamnya terselip berbagai persoalan rumah tangga yang tidak menemukan akhir penyelesaiannya. Dibutuhkan kekompakkan antara keduanya dalam menghadapi berbagai persoalan itu. Pengertian yang seharusnya bisa mereka tanamkan, karena jika minimnya sikap saling pengertian keegoisan memuncak. Jika keegoisan diiringi dengan kemarahan yang membara, perlu juga kesabaran. Tidak diperkenankan keduanya saling mengadu amarahnya. Justru jika misalnya istri lebih sensitif dengan menunjukkan kemarahannya, maka suami harus lebih mampu meredam amarahnya. Sehingga konflik yang sedang terjadi tidak semakin besar. Tidak menutup kemungkinan juga, konflik yang pada akhirnya menimbulkan perceraian itu bisa terjadi karena adanya pihak ketiga yang dengan sengaja menyebarkan kesalahpahaman diantara pasangan tersebut.
            Memilih sisi positif berarti memilih cara paling efektif dan efisien dalam hidup. Seharusnya pada kedalaman diri kita, terdapat keseimbangan dua rasa yang saling berlawanan ketika hubungan yang mesra itu berada dalam ujian. Pertama-tama memang sekelompok perasaan tertentu yang mendominasi. Tetapi sekelompk rasa yang lainnya tidak lagnsung mundur diri. Ia tetap ada walau terpaksa mundur dan sembunyi di pojok gelap untuk menuggu kesempatan. Suami-istri menjalankan tugas dan peran masing-masing dengan cepat. Keduanya akan merasa lemah ketika tidak bisa mencari jalan keluar dari sisi-sisi negatif. Mereka merasa bahwa jiwanya adalah karikatur kepribadiannya dalam kehidupan rumah tangga. Jika semua orang memikirkan apa saja yang menyenangkan pasangannya lalu meninggalkan apa yang tidak mereka senangi, tentu saja hubungan keluarga tidak akan hancur. Namun, berbeda jika pasangan telah menemukan jalan keluar dari perosalan yang mereka hadapi. Mereka akan cenderung introspeksi diri dengan perbuatan dan kesalahan-kesalahannya sehingga menyadarkan dirinya bahwa masalah itu tidak sepenuhnya selesai dengan kemarahan dan kesalahan satu pihak saja. Yang pada akhirnya pasangan yang telah bercerai tersebut bisa memulai hidup yang baru dengan menikah kembali dengan pasangannya.

5. Alternatif selain pernikahan
            Ada banyak alasan untuk tetap melajang. Perkembangan jaman, perubahan gaya hidup, kesibukan pekerjaan yang menyita waktu, belum bertemu dengan pujaan hati yang cocok, biaya hidup yang tinggi, perceraian yang kian marak, dan berbagai alasan lainnya membuat seorang memilih untuk tetap hidup melajang. Batasan usia untuk menikah kini semakin bergeser, apalagi tingkat pendidikan dan kesibukan meniti karir juga ikut berperan dalam memperpanjang batasan usia seorang untuk menikah. Keputusan untuk melajang bukan lagi terpaksa, tetapi merupakan sebuah pilihan. Itulah sebabnya, banyak pria dan perempuan yang memilih untuk tetap hidup melajang. Persepsi masyarakat terhadap orang yang melajang, seiring dengan perkembangan jaman, juga berubah. Seringkali kita melihat seorang yang masih hidup melajang, mempunyai wajah dan penampilan di atas rata-rata dan supel. Baik pelajang pria maupun wanita, mereka pun pandai bergaul, memiliki posisi pekerjaan yang cukup menjanjikan, tingkat pendidikan yang baik.
            Alasan yang paling sering dikemukakan oleh seorang single adalah tidak ingin kebebasannya dikekang. Apalagi jika mereka telah sekian lama menikmati kebebasan bagaikan burung yang terbang bebas di angkasa. Jika hendak pergi, tidak perlu meminta ijin dan menganggap pernikahan akan membelenggu kebebasan. Belum lagi jika mendapatkan pasangan yang sangat posesif dan cemburu. Melajang adalah sebuah sebuah pilihan dan bukan terpaksa, selama pelajang menikmati hidupnya. Pelajang akan mengakhiri masa lajangnya dengan senang hati jika telah menemukan seorang yang telah cocok di hati.
Kehidupan melajang bukanlah sebuah hal yang perlu ditakuti. Bukan pula sebuah pemberontakan terhadap sebuah ikatan pernikahan. Hanya, mereka belum ketemu jodoh yang cocok untuk berbagi dalam suka dan duka serta menghabiskan waktu bersama di hari tua.

Sumber :
shafashan15.blogspot.com/2012/04/hubungan-interpersonal.html
http://21juli1991.blogspot.com/2013/05/cinta-dan-perkawinan.html
http://khayeoja.blogspot.com/2012/04/cinta-dan-perkawinan.html

;;