Kamis, 03 Oktober 2013
A.
PENGANTAR
1. Apa Itu Manajemen ?
Kata Manajemen berasal dari bahasa Perancis kuno ménagement,
yang memiliki arti "seni melaksanakan dan mengatur. Menurut Mary Parker
Follet manajemen sebagai seni
menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Ricky W. Griffin mendefinisikan
manajemen sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian,
pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran secara
efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan
perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara
benar, terorganisir, dan sesuai dengan jadwal. Menurut Harold Koontz, “Manajemen
adalah seni menyelesaikan pekerjaan melalui dan dengan orang-orang dalam
kelompok formal terorganisir”. Menurut Henri Fayol, “Untuk mengelola adalah
untuk memprediksi dan merencanakan, mengatur, perintah, untuk mengkoordinasikan
dan mengendalikan.”
2. Apa Itu Kepemimpinan ?
Menurut George P Terry Kepemimpinan adalah kegiatan dalam
mempengaruhi orang lain untuk bekerja keras dengan penuh kemauan untuk tujuan
kelompok. H.Koontz dan C. O'Donnell mendefinisikan kepemimpinan adalah kegiatan
mempengaruhi orang lain agar ikut serta dalam mencapai tujuan umum. Sedangkan menurut
R. Tannenbaum, Irving R, F. Massarik Kepemimpinan sebagai pengaruh antar
pribadi yang terjadi pada suatu keadaan dan diarahkan melalui proses komunikasi
ke arah tercapainya sesuatu tujuan.
3. Teori Kepemimpinan
Model
Contingency dari kepemimpinan yang efektif dikembangkan oleh Fiedler (1967) .
Menurut model ini, maka the performance of the group is contingen upon both the
motivasional system of the leader and the degree to which the leader has
control and influence in a particular situation, the situational favorableness
(Fiedler, 1974:73). Fiedler menyimpulkan bahwa:
1. Pemimpin dengan skor LPC rendah (pemimpin
yang berorientasi ke tugas) cenderung untuk berhasil paling baik dalam situasi
kelompok baik yang menguntungkan, maupun yang sangat tidak menguntungkan pemimpin.
2. Pemimpin dengan skor LPC tinggi ( pemimpin
yang berorientasi ke hubungan) cenderung untuk berhasil dengan baik dalam
situasi kelompok yang sederajat dengan keuntungannya.
Sebagai landasan studinya, Fiedler menemukan 3 (tiga) dimensi kritis daripada situasi / lingkungan yang mempengaruhi gaya Pemimpin yang sangat efektif, yaitu:
Sebagai landasan studinya, Fiedler menemukan 3 (tiga) dimensi kritis daripada situasi / lingkungan yang mempengaruhi gaya Pemimpin yang sangat efektif, yaitu:
a. Kekuasaan atas dasar kedudukan/jabatan
(Position power)
Kekuasaan atas dasar kedudukan / jabatan ini berbeda dengan sumber kekuasaan yang berasal dari tipe kepemimpinan yang kharismatis, atau keahlian (expertise power). Berdasarkan atas kekuasaan ini seorang pemimpin mempunyai anggota-anggota kelompoknya yang dapat diperintah / dipimpin, karena ia bertindak sebagai seorang Manager, di mana kekuasaan ini diperoleh berdasarkan atas kewenangan organisasi (organizational authority).
Kekuasaan atas dasar kedudukan / jabatan ini berbeda dengan sumber kekuasaan yang berasal dari tipe kepemimpinan yang kharismatis, atau keahlian (expertise power). Berdasarkan atas kekuasaan ini seorang pemimpin mempunyai anggota-anggota kelompoknya yang dapat diperintah / dipimpin, karena ia bertindak sebagai seorang Manager, di mana kekuasaan ini diperoleh berdasarkan atas kewenangan organisasi (organizational authority).
b. Struktur tugas (task structure)
Pada dimensi ini Fiedler berpendapat bahwa selama tugas-tugas dapat diperinci secara jelas dan orang-orang diberikan tanggung jawab terhadapnya, akan berlainan dengan situasi di mana tugas-tugas itu tidak tersusun (unstructure) dan tidak jelas. Apabila tugas-tugas tersebut telah jelas, mutu daripada penyelenggaraan kerja akan lebih mudah dikendalikan dan anggota-anggota kelompok dapat lebih jelas pertanggungjawabannya dalam pelaksanaan kerja, daripada apabila tugas-tugas itu tidak jelas atau kabur.
Pada dimensi ini Fiedler berpendapat bahwa selama tugas-tugas dapat diperinci secara jelas dan orang-orang diberikan tanggung jawab terhadapnya, akan berlainan dengan situasi di mana tugas-tugas itu tidak tersusun (unstructure) dan tidak jelas. Apabila tugas-tugas tersebut telah jelas, mutu daripada penyelenggaraan kerja akan lebih mudah dikendalikan dan anggota-anggota kelompok dapat lebih jelas pertanggungjawabannya dalam pelaksanaan kerja, daripada apabila tugas-tugas itu tidak jelas atau kabur.
c. Hubungan antara Pemimpin dan anggotanya
(Leader-member relations)
Dalam dimensi ini Fiedler menganggap sangat penting dari sudut pandangan seorang pemimpin. Kekuasaan atas dasar kedudukan / jabatan dan struktur tugas dapat dikendalikan secara lebih luas dalam suatu badan usaha / organisasi selama anggota kelompok suka melakukan dan penuh kepercayaan terhadap kepimpinannya (hubungan yang baik antara pemimpin-anggota).
Dalam dimensi ini Fiedler menganggap sangat penting dari sudut pandangan seorang pemimpin. Kekuasaan atas dasar kedudukan / jabatan dan struktur tugas dapat dikendalikan secara lebih luas dalam suatu badan usaha / organisasi selama anggota kelompok suka melakukan dan penuh kepercayaan terhadap kepimpinannya (hubungan yang baik antara pemimpin-anggota).
4.
Model Kepemimpinan Normatif Vroom & Yetton
Teori Vroom
dan Yetton juga di sebut teori normative karena mengarah pada pemberian suatu
rekomendasi tentang gaya kepemimpinan yang sebaiknya di gunakan dalam situasi
tertentu. Dalam hal ini ada 5 jenis ciri pengambilan keputusan dalam teori ini
:
- A-I : pemimpin mengambil sendiri keputusan berasarkan informasi yang ada padanya saat itu.
- A-II : pemimpin memperoleh informasi dari bawahannya dan mengambil keputusan berdasarkan informasi yang didapat. jadi peran bahawan hanya memberikan informasi, bukan memberikan alternatif.
- C-I : pemimpin memberitahukan masalah yang sedang terjadi kepada bawahan secara pribadi, lalu kemudian memperoleh informasi tanpa mengumpulkan semua bawahannya secara kelompok, setelah itu mengambil keputusan dengan mempertimbangkan/ tidak gagasan dari bawahannya.
- C-II : pemimpin mengumpulkan semua bawahannya secara kelompok, lalu menanyakan gagasan mereka terhadap masalah yang sedang ada, dan mengambil keputusan dengan mempertimbangkan/tidak gagasan bawahannya
- G-II : pemimpin memberitahukan masalah kepada bawahanya secara berkelompok, lalu bersama – sama merundingkan jalan keluarnya, dan mengambil keputusan yang disetujui oleh semua pihak.
5. Path
– Goal Teori dalam Kepemimpinan
Sekarang ini salah satu pendekatan
yang paling diyakini adalah teori path-goal, teori path-goal
adalah suatu model kontijensi kepemimpinan yang dikembangkan oleh Robert House,
yang menyaring elemen-elemen dari penelitian Ohio State tentang kepemimpinan
pada inisiating structure dan consideration serta teori
pengharapan motivasi. Dasar dari teori ini adalah bahwa merupakan tugas
pemimpin untuk membantu anggotanya dalam mencapai tujuan mereka dan untuk
memberi arah dan dukungan atau keduanya yang dibutuhkan untuk menjamin tujuan
mereka sesuai dengan tujuan kelompok atau organisasi secara keseluruhan.
Istilah path-goal ini datang dari keyakinan bahwa pemimpin yang
efektif memperjelas jalur untuk membantu anggotanya dari awal sampai ke
pencapaian tujuan mereka, dan menciptakan penelusuran disepanjang jalur yang
lebih mudah dengan mengurangi hambatan dan pitfalls (Robbins, 2002). Secara
mendasar, model ini menjelaskan apa yang harus dilakukan oleh seorang pimpinan
untuk mempengaruhi persepsi bawahan tentang pekerjaan dan tujuan pribadi mereka
dan juga menjelaskan apa yang harus dilakukan oleh seorang pemimpin untuk
memotivasi dan memberikan kepuasan kepada bawahannya. Model path-goal menganjurkan
bahwa kepemimpinan terdiri dari dua fungsi dasar:
- Fungsi Pertama adalah memberi kejelasan alur. Maksudnya, seorang pemimpin harus mampu membantu bawahannya dalam memahami bagaimana cara kerja yang diperlukan di dalam menyelesaikan tugasnya.
- Fungsi Kedua adalah meningkatkan jumlah hasil (reward) bawahannya dengan memberi dukungan dan perhatian terhadap kebutuhan pribadi mereka.
Untuk membentuk fungsi-fungsi
tersebut, pemimpin dapat mengambil berbagai gaya kepemimpinan. Empat perbedaan
gaya kepemimpinan dijelaskan dalam model path-goal sebagai berikut
(Koontz et al dalam Kajanto, 2003)
- Kepemimpinan pengarah (directive leadership)
Pemimpinan
memberitahukan kepada bawahan apa yang diharapkan dari mereka, memberitahukan
jadwal kerja yang harus disesuaikan dan standar kerja, serta memberikan
bimbingan/arahan secara spesifik tentang cara-cara menyelesaikan tugas
tersebut, termasuk di dalamnya aspek perencanaan, organisasi, koordinasi dan
pengawasan.
2. Kepemimpinan
pendukung (supportive leadership)
Pemimpin
bersifat ramah dan menunjukkan kepedulian akan kebutuhan bawahan. Ia juga
memperlakukan semua bawahan sama dan menunjukkan tentang keberadaan mereka,
status, dan kebutuhan-kebutuhan pribadi, sebagai usaha untuk mengembangkan
hubungan interpersonal yang menyenangkan di antara anggota kelompok.
Kepemimpinan pendukung (supportive) memberikan pengaruh yang besar
terhadap kinerja bawahan pada saat mereka sedang mengalami frustasi dan
kekecewaan.
3. Kepemimpinan partisipatif (participative
leadership)
Pemimpin
partisipatif berkonsultasi dengan bawahan dan menggunakan saran-saran dan ide
mereka sebelum mengambil suatu keputusan. Kepemimpinan partisipatif dapat
meningkatkan motivasi kerja bawahan.
4. Kepemimpinan berorientasi prestasi (achievement-oriented
leadership)
Gaya
kepemimpinan dimana pemimpin menetapkan tujuan yang menantang dan mengharapkan
bawahan untuk berprestasi semaksimal mungkin serta terus menerus mencari
pengembangan prestasi dalam proses pencapaian tujuan tersebut.
Dengan
menggunakan salah satu dari empat gaya di atas, dan dengan memperhitungkan
faktor-faktor seperti yang diuraikan tersebut, seorang pemimpin harus berusaha
untuk mempengaruhi persepsi para karyawan atau bawahannya dan mampu memberikan
motivasi kepada mereka, dengan cara mengarahkan mereka pada kejelasan
tugas-tugasnya, pencapaian tujuan, kepuasan kerja dan pelaksanaan kerja yang
efektif. Terdapat dua faktor situasional yang diidentifikasikan kedalam model
teori path-goal, yaitu: personal characteristic of subordinate and
environmental pressures and demmand (Gibson, 2003)
B.
PERENCANAAN, PENETAPAN MANAJEMEN
1. Pengertian dari Perencanaan
Manajemen
Dalam
manajemen,
perencanaan adalah proses
mendefinisikan tujuan organisasi, membuat strategi untuk mencapai tujuan itu,
dan mengembangkan rencana aktivitas kerja organisasi. Perencanaan merupakan
proses terpenting dari semua fungsi manajemen karena tanpa perencanaan fungsi-fungsi
lain—pengorganisasian, pengarahan, dan pengontrolan—tak akan dapat berjalan.
Rencana
dapat berupa rencana informal atau rencana formal. Rencana informal adalah
rencana yang tidak tertulis dan bukan merupakan tujuan bersama anggota suatu
organisasi. Sedangkan rencana formal adalah rencana tertulis yang harus
dilaksanakan suatu organisasi dalam jangka waktu tertentu. Rencana formal
merupakan rencana bersama anggota korporasi, artinya setiap anggota harus
mengetahui dan menjalankan rencana itu. Rencana formal dibuat untuk mengurangi
ambiguitas dan menciptakan kesepahaman tentang apa yang harus dilakukan.
2. Langkah dalam Menyusun
Perencanaan dalam Organisasi
Perencanaan adalah
suatu proses yang tidak berahir bila rencana tersebut telah ditetapkan, rencana
masih harus diimplementasikan, kemudian selama proses implementasi itu mungkin
saja rencana memerlukan modifikasi agar tetap berguna. Ada empat
tahap dasar dalam perencanaan
1.
Menetapkan tujuan
Perencanaan
dimulai dengan keputusan - keputusan mengenai keinginan atau kebutuhan
organisasi atau kelompok kerja. Tanpa rumusan tujuan yang jelas , organisasi
akan mengunakan sumberdaya secara tidak efektif
2.
Merumuskan keadaan saat ini
Perusahaan
harus memahami keadaan perusahaan saat ini, hal ini berhubungan dengan
ketersedian sumberdaya – sumberdaya yang
dimiliki oleh perusahaan. Yang akan digunakan utk mencapai tujuan. Tahap ini
memerlukan informasi terutama informasi keuangan dan data statistic.
3.
Mengidentifikasikan segala kemudahan dan hambatan
Perusahaan
juga harus mengidentifikasikan segala kemudahan dan hambatan serta kekuatan dan
kelemahan untuk mengukur kemampuan organisasi dalam mencapai tujuan. Oleh
karena itu perusahaan harus mengetahui faktor - faktor intern dan ekstern yang
akan membantu organisasi dalam mencapai tujuan atau malah akan menimbulkan
masalah.
4.
Mengembangkan rencana atau serangkaian
kegiatan
Tahapan
ini terdiri dari:
·
Pengembangan berbagai alternative kegiatan utk
mencapai tujuan
·
Penilaian alternatif - alternatif
·
Pemilihan alternatif terbaik diantar berbagai
pilihan alternative yang ada
3. Manfaat Perencanaan dalam
Suatu Organisasi
1.
Membantu manajemen untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungan
2.
Membantu penempatan tanggung jawab lebih tepat
3.
Memudahkan koordinasi di antara berbagai
bagian organisasi
4.
Membuat tujuan lebih khusus, terperinci dan
mudah dipahami
5.
Menghemat waktu, uasaha dan dana
4. Jenis Perencanaan dalam
Organisasi
1.
Perencanaan stategik
Staregi
berasal dari bahasa yunani, yaitu strategeia yang artinya seni atau ilmu
menjadi seorang jendral perang. Untuk
menjadi jendral perang dia harus biasa melindungi warganya, dia harus tahu
bagaimana memenangkan peperangan tersebut, dia harus tahu bagaimana mengalahkan
lawan - lawannya, dia harus tahu bagaimana merebut daerah kekuasaan lawannya
dll. Begitu pula perusahaan, harus mengerti mengenai strategi - strategi dalam
menghadapi persaingan yang terjadi, bagaimana cara memasarkan dll. Perencanaan
strategi adalah perencanaan jangka
panjang yang disusun dan digunakan untuk menentukan dan mencapai tujuan-tujuan
organisasi. Perencanaan ini dirancang untuk memenuhi tujuan-tujuan organisasi
yang lebih luas.
2.
Perencanaan operasional
Penguraian lebih terperinci bagaimana
rencana strategic akan dicapai. Contoh perencanaan stategik misalnya awalnya
perusahaan hanya memberikan jasa pengiriman berupa barang tapi seiring waktu
perencanaan tersebut mengalami modifikasi, perusahaan juga melakukan pengiriman
data atau informasi. Kemudian rencana operasionalnya adalah perusahan
menentapkan bahwa dalam satu jam perusahaan harus bisa mengirim misal 10 data/
informasi setiap harinya. Rencana operasional
ini dilakukan pada tingkatan bawah.
Sumber :
file.upi.edu/.../DEFINISI_DAN_TEORI_KEPEMIMPINANx.pdf
Label: softskill 5
Minggu, 30 Juni 2013
A.
Pekerjaan dan waktu luang
I.
Mengubah sikap terhadap pekerjaaan
Sikap adalah suatu pernyataan
evaluatif terhadap objek, orang atau peristiwa. Hal ini mencerminkan perasaan
seseorang terhadap sesuatu. Sikap seseorang terhadap pekerjaan pasti berbeda –
beda dengan orang yang lain. Ada yang menyikapinya dengan kemalasan ada juga
yang dengan ketekunan. Sikap malas seseorang terhadap pekerjaan harus diubah
agar orang tersebut tidak dikeluarkan dari suatu pekerjaan. Mengubah sikap
terhadap pekerjaan tergantung dari orang tersebut ingin memakai cara yang
seperti apa. Bisa mulai dari cara membiasakan diri dengan sering melakukan
pekerjaan tersebut dengan tenang dan rileks, lalu membuat diri merasa nyaman
saat melakukan suatu pekerjaan, bahkan bisa juga dengan mencintai pekerjaan
tersebut dengan cara meyakinkan diri bahwa pekerjaan ini tidak membuat diri
merasa sulit. Semua cara mengubah sikap terhadap seseorang tergantung bagaimana
seseorang dan sekuat apa seseorang ingin mengubah sikap terhadap pekerjaan yang
dijalaninya.
II.
Fase dalam memilih pekerjaan
Dalam memasuki
dunia kerja, seseorang yang memasuki fase usia dewasa awal harus malakukan
tahap-tahap penyesuaian pekerjaan, antara lain:
·
Pilihan
pekerjaan
Individu dapat memilih bidang pekerjaan yang sesuai
dengan bakat, minat, kompetensi dan faktor-faktor psikologis lainnya supaya ketika
bekerja kesehatan mental dan fisiknya dapat dikelola.
·
Stabilitas
pilihan pekerjaan
Dalam memilih pekerjaan, individu harus melakukannya
dengan mantap dan berpindah-pindah kerja masih dapat dilakukan di usia awal
dewasa dini.
·
Penyesuaian
diri dengan pekerjaan
Proses menyesuaikan diri dengan jenis pekerjaan yang
telah dipilih meliputi sifat dan jenis pekerjaan, melakukan adaptasi dengan
teman sejawat/kerja, pimpinan, lingkungan kerja dan aturan-aturan dalam dunia
kerjanya
III.
Hubungan antara karakteristik pribadi dan karakteristik pekerjaan
·
Karakteristik
pribadi
Sebuah
awal yang bagus adalah memilih ketertarikan apa yang kamu punya pada diri
sendiri dan kemampuan. Kalian adalah sebuah gabungan unik dari sifat
pribadi,ketertarikan,keahlian dan harga. Semakin baik yang kalian dapat ketahui
mengenai diri kalian sendiri maka lebih bijaksana dalam mengambil keputusan. Penting
untuk menyadari bahwa masing-masing dari kita berkualitas untuk banyak
kedudukan yang berbeda, tidak hanya satu. Seperti olahraga athletic termasuk
terbatas untuk sejumlah orang yang memiliki otot dan keahlian. Jadi kebanyakan
pekerjaan memerlukan hanya beberapa keahlian spesifik atau karakteristik.
Rahasianya terletak pada menemukan jenis pekerjaan yang memerlukan kekuatan
tertentu yang anda miliki.
Untuk memperluas kedua ketertarikan dan bakat kalian akan berubah dengan pengalaman dan waktu. Penelitian sudah menunjukkan kategori ketertarikan yang luas, seperti pada bidang obat-obatan. teknik atau bisnis, tetap stabil dari para remaja (Campbell,1971). Jika kalian menyukai sesuatu pada saat anda belasan dan awal 20, kesempatan yang sama akan kalian sukai pada tahun-tahun selanjutnya. Mungkin kalian pernah mendengar seseorang mengambil sebuah tes psikologi untuk membantu pemilihan karir. Sebenarnya, kebanyakan dari persediaan ketertarikan anda daripada sebuah test biasa. Saat ini, satu dari kebanyakan menggunakan instrument tes adalah Strong-Campbell Interest Inventory (SCII) yang mana menggabungkan banyak item dari versi awalnya Strong Inventory for males and females dengan menghilangkan item yang berdasarkan jenis kelamin. Hasilnya, yang mana biasanya dibagi secara terbuka dengan individu, menunjukan bagaimana ketertarikan seorang individu dibandingkan dengan orang-orang lain yang memiliki kedudukan yang berbeda. Jika kalian mengandalkan hasil tersebut sebagai sebuah pengganti untuk membuat keputusan pribadi, maka jawabanya akan negative. Tapi jika kalian menggunakan hasil tersebut sebagai sebuah sumber untuk mengklarifikasi ketertarikan kalian dalam rangka untuk membuat sebuah keputusan,maka jawabanya pasti positif. Seperti halnya instrument yang menunjukan reliabilitas yang besar dalam memprediksi apa seorang individu akan bersikeras atau keluar dari bidang pekerjaan tersebut. Mereka tidak bisa memprediksi kesuksesan pada bidang yang diberikan karena kebanyak faktor subjektif terlibat didalamnya. Tapi sudah itemukan bahwa apa yang membuat berhasil biasanya mendemonstrasikan lebih tinggi daripada rata-rata skor ketertarikan, sementara siapa yang akan keluar nanti biasanya lebih rendah daripada rata-rata skor (Shertzer,1981)
Untuk memperluas kedua ketertarikan dan bakat kalian akan berubah dengan pengalaman dan waktu. Penelitian sudah menunjukkan kategori ketertarikan yang luas, seperti pada bidang obat-obatan. teknik atau bisnis, tetap stabil dari para remaja (Campbell,1971). Jika kalian menyukai sesuatu pada saat anda belasan dan awal 20, kesempatan yang sama akan kalian sukai pada tahun-tahun selanjutnya. Mungkin kalian pernah mendengar seseorang mengambil sebuah tes psikologi untuk membantu pemilihan karir. Sebenarnya, kebanyakan dari persediaan ketertarikan anda daripada sebuah test biasa. Saat ini, satu dari kebanyakan menggunakan instrument tes adalah Strong-Campbell Interest Inventory (SCII) yang mana menggabungkan banyak item dari versi awalnya Strong Inventory for males and females dengan menghilangkan item yang berdasarkan jenis kelamin. Hasilnya, yang mana biasanya dibagi secara terbuka dengan individu, menunjukan bagaimana ketertarikan seorang individu dibandingkan dengan orang-orang lain yang memiliki kedudukan yang berbeda. Jika kalian mengandalkan hasil tersebut sebagai sebuah pengganti untuk membuat keputusan pribadi, maka jawabanya akan negative. Tapi jika kalian menggunakan hasil tersebut sebagai sebuah sumber untuk mengklarifikasi ketertarikan kalian dalam rangka untuk membuat sebuah keputusan,maka jawabanya pasti positif. Seperti halnya instrument yang menunjukan reliabilitas yang besar dalam memprediksi apa seorang individu akan bersikeras atau keluar dari bidang pekerjaan tersebut. Mereka tidak bisa memprediksi kesuksesan pada bidang yang diberikan karena kebanyak faktor subjektif terlibat didalamnya. Tapi sudah itemukan bahwa apa yang membuat berhasil biasanya mendemonstrasikan lebih tinggi daripada rata-rata skor ketertarikan, sementara siapa yang akan keluar nanti biasanya lebih rendah daripada rata-rata skor (Shertzer,1981)
·
Karakteristik
pekerjaan
Sekali
anda memulai menjelajahi ketertarikan anda sendiri,kemampuan,dan nilai, kalian
siap untuk mencari pekerjaan yang cocok dengan karakteristik pribadi anda.
Dengan lebih dari 20.000 pekerjaan yang berbeda untuk dipilih,ini bukanlah
tugas mudah. Untungnyam ada sumber buku untuk membati pencarian tersebut.
Seperti yang banyak digunakan Dictionary of Occupational (DOT) dan Occupational
Outlook Hand-book. Kedua buku direvisi secara teratur oleh pemerintah
percetakan. Sebagai tambahan, berbagai macam pekerjaan sudah teratur pada dasar
keluarga ataukelompok dari pekerjaan yang terkait. Masing-masing kelompok
menunjukan tokoh 9-1 berisi ratusan pekerjaan yang terdekat. Sebuah perangkat
yang membantu untuk menemukan pekerjaan yang paling cocok untuk kamu adalah
John Holland’s Self Directied Search For Vocational Planning. Yang mana dapat
dikelola sendiri. Ini berdasarkan dari kenyataan bahwa manusia di bidang
pekerjaan yang samasering memiliki sifat yang mirip,ketertarikan dan kebiasaan
dalam melakukan sesuatu. Holland (1973) menggambarkan 6 dari jenis kepribadian
bersama dengan lingkungan kerja mereka yang baik. Setelah mencocokan sejumlah kegiatan,ketertarikan
dan perkiraan kemampuan anda sendiri, kalian menjumblahkan item untuk menemukan
3 jenis kepribadian yang paling menyerupai.kemudian pada pekerjaan yang
terpisah penemu buklet, kalian mencocokan berbagai jenis kepribadian
digabungkan dengan beberapa pekerjaan yang cocok. O’connel dan Sedlacek (1972)
sudah menemukan Self-Directed search lebih handal dan sedikit membantu untuk
perencanaan ketertarikan jurusan.
IV.
Kepuasan kerja, penyesuaian diri dalam pekerjaan
Kepuasan kerja lebih umum didefinisikan
sebagai kepuasan individu terhadap pekrjaannya. Kepuasan kerja seseorang pada
dasarny tergantung pada selisih nilai antara harapan, kebutuhan atau nilai
dengan apa yang menurut perasaan atau persepsi telah diperoleh melalui
pekerjaan. Seseorang akan merasa puas jika tidak ada perbedaan antara yang
diinginkan dengan persepsinya atas pekerjaan.
V.
Bagaimana menggunakan waktu luang dengan positif
Waktu adalah satu-satunya modal yang
dimiliki oleh manusia, dan ia tidak boleh sampai kehilangan waktu. – Thomas A.
Edison. Meluangkan waktu itu ternyata penting dan banyak cara/kegiatan positif
yang bisa dilakukan untuk mengisi waktu luang. Misalnya olahraga, jalan-jalan,
melakukan hobby, atau ngeblog. Selain itu, mengisi waktu luang setelah
kesibukan yang mendera ibarat bayaran dari pekerjaan itu sendiri. Kita tidak
pernah menduga kalau kegiatan yang dilakukan di saat waktu luang bisa juga
menghasilkan atau mendapat penghargaan. Siapa yang tahu kalau suatu saat nanti,
kegiatan yang dilakukan di waktu luang, bisa menjadi penghasilan terbesar. Dan
bagaimana kita bisa punya waktu luang di sela-sela kesibukan dengan mengaturnya
sebaik mungkin? Berikut ini tips dan triknya:
1.
Coba sesuatu yang baru yang tidak menyita waktu kerja. Misalnya dengan menulis
di smartphone yang kita miliki
2.
Tentukan prioritas. Dengan prioritas bisa diketahui mana yang mendesak, mana
yang kurang. Tanpa prioritas, waktu terbuang percuma.
3.
Buat yang super sibuk, buatlah agenda yang harus ditaati. Masukkan waktu bekerja,
waktu untuk keluarga, dan waktu untuk diri sendiri.
4.
Jangan melakukan pekerjaan/hal yang lain sebelum menuntaskan pekerjaan yang
lebih dulu dilakukan. Yang ada keduanya berantakan!
Menggunakan
waktu dengan bijak, maka tidak ada istilah tidak punya waktu luang! Tidak ada
waktu yang terbuang percuma. Kuncinya terletak bukan pada bagaimana Anda
menghabiskan waktu, namun dalam menginvestasikan waktu Anda. Melakukan dua hal
bersamaan sama artinya dengan tidak melakukan sesuatu. - Stephen R. Covey
Jika merasa
jenuh dengan waktu yang telah dihabiskan, ubah kebiasaan itu. Manfaatkanlah
waktu luang.
B.
Self Directed Changes
A.
Konsep dan Penerapan Self-directed changes :
1.
Meningkatkan kontrol diri: mendasarkan diri pada kesadaran bahwa pada setiap
manusia memiliki kemampuan untuk mengembangkan dirinya sesuai dengan kondisi
yang dimiliki setiap manusia. Itu dapat terjadi sebagai akibat perubahan dalam
struktur kognitif yang dihasilkan oleh perubahan struktur kognitif itu sendiri
atau perubahan kebutuhan juga adanya motivasi internal serta belajar yang
efektif.
2.
Menetapkan tujuan: dimaksudkan untuk menjaga individu agar tetap tertuju pada
proses pembelajaran, dalam arti dapat mengetahui dan mampu secara mandiri
menetapkan mengenai apa yang ingin dipelajari dalam mencapai kesehatan mental,
serta tahu akan kemana tujuan hidupnya, cakap dalam mengambil keputusan dan
mampu berpartisipasi di masyarakat dan akan mampu mengarahkan dirinya.
3.
Menyusun konsekuensi yang efektif: pemahaman dalam arti sehat mental dapat
menentukan perubahan pada individu dalam melakukan mobilitas untuk melakukan
segala sesuatu aktifitas –aktifitas yang dilakukan oleh manusia, dalam
menanggapi stimulus lingkungan, yang meliputi aktivitas motoris, emosional,dan
kognitif dalam mencapai kematangan mental.
4.
Menerapkan perencana intervensi: membawa perubahan, tentunya pada perubahan
yang lebih baik. Dalam arti pemahaman nilai-nilai, karakter / watak, dan cara
cara berperilaku secara individual. Dalam arti kita harus lebih memahami cara
berperilaku pada kegiatan proses pembentukan watak dan pembelajaran secara
terencana.
5.
Evaluasi: faktor yang penting untuk mencapai kematangan pribadi, sedangkan
salah satu faktor penting untuk mengetahui keefektivan adalah evaluasi baik
terhadap proses maupun hasil pembelajaran.
Sumber
:
http://id.wikipedia.org/wiki/Sikap
http://pamangsah.blogspot.com/2009/04/perkembangan-sosial-fase-dewasa-awal.html
http://www.slideshare.net/wnfajar/nilai-sikap-dan-kepuasan-kerja
http://anyoo.blogspot.com/2011/05/nilai-pekerjaan.html
http://ipulord.blogspot.com/2012/04/self-directed-changes.html
http://erlita-dani.blogspot.com/2013/05/tulisan-7.html
Label: soft skill 4
Sabtu, 01 Juni 2013
A.
Hubungan Interpersonal
1. Model Pertukaran Sosial dan Analisis
Transaksional
Berdasarkan teori pertukaran sosial,
kita masuk ke dalam hubungan pertukaran dengan orang lain karena dari padanya
kita memperoleh imbalan. teori pertukaran sosial pun melihat antara perilaku
dengan lingkungan terdapat hubungan yang saling mempengaruhi (reciprocal). Karena lingkungan kita
umumnya terdiri atas orang-orang lain, maka kita dan orang-orang lain tersebut
dipandang mempunyai perilaku yang saling mempengaruhi Dalam hubungan tersebut
terdapat unsur imbalan (reward),
pengorbanan (cost) dan
keuntungan (profit). Imbalan
merupakan segala hal yang diperloleh melalui adanya pengorbanan,
pengorbanan merupakan semua hal yang dihindarkan, dan keuntungan adalah imbalan
dikurangi oleh pengorbanan. Jadi perilaku sosial terdiri atas pertukaran paling
sedikit antar dua orang berdasarkan perhitungan untung-rugi. Misalnya,
pola-pola perilaku di tempat kerja, percintaan, perkawinan, persahabatan
- hanya akan langgeng manakala kalau semua pihak yang terlibat merasa
teruntungkan. Jadi perilaku seseorang dimunculkan karena berdasarkan
perhitungannya, akan menguntungkan bagi dirinya, demikian pula sebaliknya jika
merugikan maka perilaku tersebut tidak ditampilkan.
Analisis
transaksional adalah sistem terapi yang berlandaskan teori kepribadian yang
mengunakan tiga pola tingkah laku atau perwakilan ego yang terpisah, yaitu
orang tua, orang dewasa dan anak. Ego orang tua adalah bagian kepribadian
yang merupakan introyeksi dari orang tua atau dari subsitut orang tua. Jika ego
orang tua itu dialami kembali oleh kita, maka apa yang dibayangkan oleh kita
adalah perasaan-perasaan orang tua kita dalam suatu situasi, atau kita merasa
dan bertindak terhadap orang lain dengan cara yang sama dengan perasaan dan
tindakan orang tua kita terhadap kita. Ego orang tua berisi perintah-perintah “
harus” dan “ semestinya” .
2. Pembentukkan Kesan dan Ketertarikan Interpersonal
dalam Memulai Hubungan
Imperssion formation (pembentukkan
kesan) merupakan proses dimana kita menyusun kesan tentang seseorang.
Kebanyakan orang mempedulikan tata cara membentuk kesan pertama yang baik pada
orang lain karena mereka percaya bahwa kesan pertama akan memberi efek yang
lama dan menetap dalam ingatan orang. Maka, dalam rangka membuat kesan yang
baik terhadap orang lain, individu sering kali melakukan manajemen kesan.
Strategi yang dapat dilakukan dalam melakukan manajemen kesan, yaitu :
a. self-enhancement yaitu usaha untuk meningkatkan daya tarik
seseorang terhadap orang lain.
b. other enhancement yaitu usaha untuk melahirkan mood atau reaksi positif pada orang lain.
Sedangkan ketertarikan mengacu
pada sikap positif dan negatif yang kita bentuk terhadap orang lain. Keadaan
efektif positif dan negatif mempengaruhi ketertarikan baik langsung maupun tak
langsung. Efek langsung terjadi ketika orang lain berperan terhadap emosi yang
terkait. Efek tak langsung terjadi ketika sumber emosi ada di tempat lain dan
orang lain tersebut hanya terasosiasikan dengan keberadaannya.
3. Peran, Konflik, dan Adequacy Peran
serta Autentitas dalam Peran
Model peran.
Menganggap hubungan interpersonal sebagai panggung
sandiwara. Disini setiap orang harus memerankan peranannya sesuai dengan naskah
yang telah dibuat oleh masyarakat. Hubungan interpersonal berkembang baik bila
setiap individu bertindak sesuai dengan peranannya.
Model Interaksional.
Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai
suatu sistem. Setiap sistem memiliki sifat-sifat strukural, integratif dan
medan. Semua sistem terdiri dari subsistem-subsistem yang saling tergantung dan
bertindak bersama sebagai suatu kesatuan. Pemutusan Hubungan Menurut R.D. Nye
dalam bukunya yang berjudul Conflict Among Humans, setidaknya ada lima sumber
konflik yang dapat menyebabkan pemutusan hubungan, yaitu:
a)
Kompetisi, dimana salah satu pihak berusaha memperoleh sesuatu dengan
mengorbankan orang lain. Misalnya, menunjukkan kelebihan dalam bidang tertentu
dengan merendahkan orang lain.
b)
Dominasi, dimana salah satu pihak berusaha mengendalikan pihak lainsehingga
orang tersebut merasakan hak-haknya dilanggar.
c)
Kegagalan, dimana masing-masing berusaha menyalahkan yang lain apabila
tujuan bersama tidak tercapai.
d)
Provokasi, dimana salah satu pihak terus-menerus berbuat sesuatu yang ia
ketahui menyinggung perasaan yang lain.
e)
Perbedaan nilai, dimana kedua pihak tidak sepakat tentang nilai-nilai yang
mereka anut.
4. Intimasi dan Hubungan Pribadi
Pengertian intimasi menurut Sullivan (Prager, 1995)
mendefinisikan intimasi sebagai bentuk tingkah laku penyesuaian seseorang untuk
mengekspresikan akan kebutuhannya terhadap orang lain. Sedangkan menurut Steinberg (1993) berpendapat bahwa suatu hubungan intim adalah sebuah
ikatan emosional antara dua individu yang didasari oleh kesejahteraan satu sama
lain, keinginan untuk memperlihatkan pribadi masing-masing yang terkadang lebih
bersifat sensitif serta saling berbagi kegemaran dan aktivitas yang sama.
Dalam suatu hubungan juga perlu
adanya companionate love, passionate love dan intimacy love. Karena apabila
kurang salah satu saja di dalam suatu hubungan atau mungkin hanya salah satu di
antara ketiganya itu di dalam suatu hubungan maka yang akan terjadi adalah
hubungan tersebut tidak akan berjalan dengan langgeng atau awet, justru
sebaliknya setiap pasangan tidak merasakan kenyamanan dari pasangannya tersebut
sehingga yang terjadi adalah hubungan tersebut bubar dan tidak akan ada lagi
harapan untuk membangun hubungan yang harmonis dan langgeng.
Komunikasi yang selalu terjaga,
kepercayaan, kejujuran dan saling terbuka pun menjadi modal yang cukup untuk
membina hubungan yang harmonis. Maka jangan kaget apabila komunikasi kita
dengan pasangan tidak berjalan dengan mulus atau selalu terjaga bisa jadi
hubungan kita akan terancam bubar atau hancur. Tentu saja itu akan menyakitkan
hati kita dan setiap pasangan di dunia ini pun tidak pernah menginginkan hal
berikut.
5. Intimasi dan Pertumbuhan
Seperti yang dikatakan oleh
Stenberg intimasi adalah adalah sebuah ikatan emosional
antara dua individu yang didasari oleh kesejahteraan satu sama lain, keinginan
untuk memperlihatkan pribadi masing-masing yang terkadang lebih bersifat
sensitif serta saling berbagi kegemaran dan aktivitas yang sama. Intimasi sangat berpengaruh dalam
pertumbuhan karena dapat memperlihatkan pribadi masing – masing.
B. Cinta dan Perkawinan
1. Bagaimana
Memilih Pasangan
Memilih
pasangan untuk menemani kehidupan pasti dilakukan oleh semua orang. Pemilihan
pasngan tersebut pasti berbeda pula antara satu individu dengan individu lain,
mungkin yang sama adalah keinginan mendapat pasangan dengan cinta yang tulus.
Banyak orang yang memilih pasangan berdasarkan latar belakang pendidikan dan
ekonomi keluarga yang harus tinggi, tetapi ada pula yang tidak terlalu
mementingkan pendidikan dan ekonomi hanya mementingkan adanya rasa tanggung
jawab terhadap keluarga nantinya. Memilih pasangan yang baik adalah memilih
pasangan sesuai dengan yang diinginkan atau sesuai dengan hati, karena apabila
memilih pasangan tidak sesuai keinginan maka akan muncul masalah – masalah yang
tidak diinginkan apabila sudah berlanjut ke pernikahan. Seperti tidak ada
tanggung jawab bahkan perceraian di umur pernikahan yang masih muda.
2. Seluk
Beluk Hubungan dalam Perkawinan
Pernikahan
pasti di inginkan oleh semua orang, termasuk pernikahan dengan hubungan yang
harmonis. Yang mengetahui seluk beluk dalam perkawinan adalah orang – orang itu
sendiri yang sudah menikah. Walaupun sekarang ini banyak yang menikah muda
karena MBA ataupun karena urusan finansial tak jarang dari mereka yang sudah
paham bagaimana dan apa yang harus mereka lakukan dan mengetahui seluk beluk
yang ada dalam hubungan pernikahan mereka.
3. Penyesuaian
Diri dan Pertumbuhan dalam Perkawinan
Seseorang
yang sudah menikah harus bisa menyesuaikan diri dengan pasangannya. Harus bisa
membagi waktu untuk pasangan dan diri sendiri, harus bisa saling memahami dan
lebih berpikir dewasa lagi. Walaupun sudah menikah bukan berarti terikat
sepenuhnya karena tiap orang memiliki kebutuhan dan kewajiban masing – masing. Fase kehidupan
juga merupakan pertumbuhan dari sebuah pernikahan. Menyatukan dua pribadi yang
berbeda untuk terciptanya sebuah penyatuan yang didasarkan atas nama cinta.
Segala bentuk persoalan yang pada mulanya membutuhkan bantuan baik dari
keluarga dan orang tua, sehingga seiring berjalannya waktu karena telah
tumbuhnya kedewasaan yang lebih dan telah terbiasanya mereka hadapi, membuat
keduanya menjadi kuat dan mampu mengadaptasikan diri dalam kehidupan
berkeluarga.
4.
Perceraian dan Pernikahan Kembali
Penyebab perceraian kebanyakan
terjadi karena didalamnya terselip berbagai persoalan rumah tangga yang tidak
menemukan akhir penyelesaiannya. Dibutuhkan kekompakkan antara keduanya dalam
menghadapi berbagai persoalan itu. Pengertian yang seharusnya bisa mereka
tanamkan, karena jika minimnya sikap saling pengertian keegoisan memuncak. Jika
keegoisan diiringi dengan kemarahan yang membara, perlu juga kesabaran. Tidak
diperkenankan keduanya saling mengadu amarahnya. Justru jika misalnya istri
lebih sensitif dengan menunjukkan kemarahannya, maka suami harus lebih mampu
meredam amarahnya. Sehingga konflik yang sedang terjadi tidak semakin besar. Tidak
menutup kemungkinan juga, konflik yang pada akhirnya menimbulkan perceraian itu
bisa terjadi karena adanya pihak ketiga yang dengan sengaja menyebarkan
kesalahpahaman diantara pasangan tersebut.
Memilih
sisi positif berarti memilih cara paling efektif dan efisien dalam hidup.
Seharusnya pada kedalaman diri kita, terdapat keseimbangan dua rasa yang saling
berlawanan ketika hubungan yang mesra itu berada dalam ujian. Pertama-tama
memang sekelompok perasaan tertentu yang mendominasi. Tetapi sekelompk rasa yang
lainnya tidak lagnsung mundur diri. Ia tetap ada walau terpaksa mundur dan
sembunyi di pojok gelap untuk menuggu kesempatan. Suami-istri menjalankan tugas
dan peran masing-masing dengan cepat. Keduanya akan merasa lemah ketika tidak
bisa mencari jalan keluar dari sisi-sisi negatif. Mereka merasa bahwa jiwanya
adalah karikatur kepribadiannya dalam kehidupan rumah tangga. Jika semua orang
memikirkan apa saja yang menyenangkan pasangannya lalu meninggalkan apa yang
tidak mereka senangi, tentu saja hubungan keluarga tidak akan hancur. Namun,
berbeda jika pasangan telah menemukan jalan keluar dari perosalan yang mereka
hadapi. Mereka akan cenderung introspeksi diri dengan perbuatan dan
kesalahan-kesalahannya sehingga menyadarkan dirinya bahwa masalah itu tidak
sepenuhnya selesai dengan kemarahan dan kesalahan satu pihak saja. Yang pada
akhirnya pasangan yang telah bercerai tersebut bisa memulai hidup yang baru
dengan menikah kembali dengan pasangannya.
5.
Alternatif selain pernikahan
Ada banyak alasan untuk tetap
melajang. Perkembangan jaman, perubahan gaya hidup, kesibukan pekerjaan yang
menyita waktu, belum bertemu dengan pujaan hati yang cocok, biaya hidup yang
tinggi, perceraian yang kian marak, dan berbagai alasan lainnya membuat seorang
memilih untuk tetap hidup melajang. Batasan usia untuk menikah kini semakin
bergeser, apalagi tingkat pendidikan dan kesibukan meniti karir juga ikut
berperan dalam memperpanjang batasan usia seorang untuk menikah. Keputusan
untuk melajang bukan lagi terpaksa, tetapi merupakan sebuah pilihan. Itulah
sebabnya, banyak pria dan perempuan yang memilih untuk tetap hidup melajang. Persepsi
masyarakat terhadap orang yang melajang, seiring dengan perkembangan jaman,
juga berubah. Seringkali kita melihat seorang yang masih hidup melajang,
mempunyai wajah dan penampilan di atas rata-rata dan supel. Baik pelajang pria
maupun wanita, mereka pun pandai bergaul, memiliki posisi pekerjaan yang cukup
menjanjikan, tingkat pendidikan yang baik.
Alasan yang paling sering
dikemukakan oleh seorang single adalah tidak ingin kebebasannya
dikekang. Apalagi jika mereka telah sekian lama menikmati kebebasan bagaikan
burung yang terbang bebas di angkasa. Jika hendak pergi, tidak perlu meminta
ijin dan menganggap pernikahan akan membelenggu kebebasan. Belum lagi jika
mendapatkan pasangan yang sangat posesif dan cemburu. Melajang adalah sebuah
sebuah pilihan dan bukan terpaksa, selama pelajang menikmati hidupnya. Pelajang
akan mengakhiri masa lajangnya dengan senang hati jika telah menemukan seorang
yang telah cocok di hati.
Kehidupan
melajang bukanlah sebuah hal yang perlu ditakuti. Bukan pula sebuah
pemberontakan terhadap sebuah ikatan pernikahan. Hanya, mereka belum ketemu
jodoh yang cocok untuk berbagi dalam suka dan duka serta menghabiskan waktu bersama
di hari tua.
Sumber :
shafashan15.blogspot.com/2012/04/hubungan-interpersonal.html
http://21juli1991.blogspot.com/2013/05/cinta-dan-perkawinan.html
http://khayeoja.blogspot.com/2012/04/cinta-dan-perkawinan.html
Label: soft skill 4
;;
Subscribe to:
Postingan (Atom)