Kamis, 03 Oktober 2013
A.
PENGANTAR
1. Apa Itu Manajemen ?
Kata Manajemen berasal dari bahasa Perancis kuno ménagement,
yang memiliki arti "seni melaksanakan dan mengatur. Menurut Mary Parker
Follet manajemen sebagai seni
menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Ricky W. Griffin mendefinisikan
manajemen sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian,
pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran secara
efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan
perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara
benar, terorganisir, dan sesuai dengan jadwal. Menurut Harold Koontz, “Manajemen
adalah seni menyelesaikan pekerjaan melalui dan dengan orang-orang dalam
kelompok formal terorganisir”. Menurut Henri Fayol, “Untuk mengelola adalah
untuk memprediksi dan merencanakan, mengatur, perintah, untuk mengkoordinasikan
dan mengendalikan.”
2. Apa Itu Kepemimpinan ?
Menurut George P Terry Kepemimpinan adalah kegiatan dalam
mempengaruhi orang lain untuk bekerja keras dengan penuh kemauan untuk tujuan
kelompok. H.Koontz dan C. O'Donnell mendefinisikan kepemimpinan adalah kegiatan
mempengaruhi orang lain agar ikut serta dalam mencapai tujuan umum. Sedangkan menurut
R. Tannenbaum, Irving R, F. Massarik Kepemimpinan sebagai pengaruh antar
pribadi yang terjadi pada suatu keadaan dan diarahkan melalui proses komunikasi
ke arah tercapainya sesuatu tujuan.
3. Teori Kepemimpinan
Model
Contingency dari kepemimpinan yang efektif dikembangkan oleh Fiedler (1967) .
Menurut model ini, maka the performance of the group is contingen upon both the
motivasional system of the leader and the degree to which the leader has
control and influence in a particular situation, the situational favorableness
(Fiedler, 1974:73). Fiedler menyimpulkan bahwa:
1. Pemimpin dengan skor LPC rendah (pemimpin
yang berorientasi ke tugas) cenderung untuk berhasil paling baik dalam situasi
kelompok baik yang menguntungkan, maupun yang sangat tidak menguntungkan pemimpin.
2. Pemimpin dengan skor LPC tinggi ( pemimpin
yang berorientasi ke hubungan) cenderung untuk berhasil dengan baik dalam
situasi kelompok yang sederajat dengan keuntungannya.
Sebagai landasan studinya, Fiedler menemukan 3 (tiga) dimensi kritis daripada situasi / lingkungan yang mempengaruhi gaya Pemimpin yang sangat efektif, yaitu:
Sebagai landasan studinya, Fiedler menemukan 3 (tiga) dimensi kritis daripada situasi / lingkungan yang mempengaruhi gaya Pemimpin yang sangat efektif, yaitu:
a. Kekuasaan atas dasar kedudukan/jabatan
(Position power)
Kekuasaan atas dasar kedudukan / jabatan ini berbeda dengan sumber kekuasaan yang berasal dari tipe kepemimpinan yang kharismatis, atau keahlian (expertise power). Berdasarkan atas kekuasaan ini seorang pemimpin mempunyai anggota-anggota kelompoknya yang dapat diperintah / dipimpin, karena ia bertindak sebagai seorang Manager, di mana kekuasaan ini diperoleh berdasarkan atas kewenangan organisasi (organizational authority).
Kekuasaan atas dasar kedudukan / jabatan ini berbeda dengan sumber kekuasaan yang berasal dari tipe kepemimpinan yang kharismatis, atau keahlian (expertise power). Berdasarkan atas kekuasaan ini seorang pemimpin mempunyai anggota-anggota kelompoknya yang dapat diperintah / dipimpin, karena ia bertindak sebagai seorang Manager, di mana kekuasaan ini diperoleh berdasarkan atas kewenangan organisasi (organizational authority).
b. Struktur tugas (task structure)
Pada dimensi ini Fiedler berpendapat bahwa selama tugas-tugas dapat diperinci secara jelas dan orang-orang diberikan tanggung jawab terhadapnya, akan berlainan dengan situasi di mana tugas-tugas itu tidak tersusun (unstructure) dan tidak jelas. Apabila tugas-tugas tersebut telah jelas, mutu daripada penyelenggaraan kerja akan lebih mudah dikendalikan dan anggota-anggota kelompok dapat lebih jelas pertanggungjawabannya dalam pelaksanaan kerja, daripada apabila tugas-tugas itu tidak jelas atau kabur.
Pada dimensi ini Fiedler berpendapat bahwa selama tugas-tugas dapat diperinci secara jelas dan orang-orang diberikan tanggung jawab terhadapnya, akan berlainan dengan situasi di mana tugas-tugas itu tidak tersusun (unstructure) dan tidak jelas. Apabila tugas-tugas tersebut telah jelas, mutu daripada penyelenggaraan kerja akan lebih mudah dikendalikan dan anggota-anggota kelompok dapat lebih jelas pertanggungjawabannya dalam pelaksanaan kerja, daripada apabila tugas-tugas itu tidak jelas atau kabur.
c. Hubungan antara Pemimpin dan anggotanya
(Leader-member relations)
Dalam dimensi ini Fiedler menganggap sangat penting dari sudut pandangan seorang pemimpin. Kekuasaan atas dasar kedudukan / jabatan dan struktur tugas dapat dikendalikan secara lebih luas dalam suatu badan usaha / organisasi selama anggota kelompok suka melakukan dan penuh kepercayaan terhadap kepimpinannya (hubungan yang baik antara pemimpin-anggota).
Dalam dimensi ini Fiedler menganggap sangat penting dari sudut pandangan seorang pemimpin. Kekuasaan atas dasar kedudukan / jabatan dan struktur tugas dapat dikendalikan secara lebih luas dalam suatu badan usaha / organisasi selama anggota kelompok suka melakukan dan penuh kepercayaan terhadap kepimpinannya (hubungan yang baik antara pemimpin-anggota).
4.
Model Kepemimpinan Normatif Vroom & Yetton
Teori Vroom
dan Yetton juga di sebut teori normative karena mengarah pada pemberian suatu
rekomendasi tentang gaya kepemimpinan yang sebaiknya di gunakan dalam situasi
tertentu. Dalam hal ini ada 5 jenis ciri pengambilan keputusan dalam teori ini
:
- A-I : pemimpin mengambil sendiri keputusan berasarkan informasi yang ada padanya saat itu.
- A-II : pemimpin memperoleh informasi dari bawahannya dan mengambil keputusan berdasarkan informasi yang didapat. jadi peran bahawan hanya memberikan informasi, bukan memberikan alternatif.
- C-I : pemimpin memberitahukan masalah yang sedang terjadi kepada bawahan secara pribadi, lalu kemudian memperoleh informasi tanpa mengumpulkan semua bawahannya secara kelompok, setelah itu mengambil keputusan dengan mempertimbangkan/ tidak gagasan dari bawahannya.
- C-II : pemimpin mengumpulkan semua bawahannya secara kelompok, lalu menanyakan gagasan mereka terhadap masalah yang sedang ada, dan mengambil keputusan dengan mempertimbangkan/tidak gagasan bawahannya
- G-II : pemimpin memberitahukan masalah kepada bawahanya secara berkelompok, lalu bersama – sama merundingkan jalan keluarnya, dan mengambil keputusan yang disetujui oleh semua pihak.
5. Path
– Goal Teori dalam Kepemimpinan
Sekarang ini salah satu pendekatan
yang paling diyakini adalah teori path-goal, teori path-goal
adalah suatu model kontijensi kepemimpinan yang dikembangkan oleh Robert House,
yang menyaring elemen-elemen dari penelitian Ohio State tentang kepemimpinan
pada inisiating structure dan consideration serta teori
pengharapan motivasi. Dasar dari teori ini adalah bahwa merupakan tugas
pemimpin untuk membantu anggotanya dalam mencapai tujuan mereka dan untuk
memberi arah dan dukungan atau keduanya yang dibutuhkan untuk menjamin tujuan
mereka sesuai dengan tujuan kelompok atau organisasi secara keseluruhan.
Istilah path-goal ini datang dari keyakinan bahwa pemimpin yang
efektif memperjelas jalur untuk membantu anggotanya dari awal sampai ke
pencapaian tujuan mereka, dan menciptakan penelusuran disepanjang jalur yang
lebih mudah dengan mengurangi hambatan dan pitfalls (Robbins, 2002). Secara
mendasar, model ini menjelaskan apa yang harus dilakukan oleh seorang pimpinan
untuk mempengaruhi persepsi bawahan tentang pekerjaan dan tujuan pribadi mereka
dan juga menjelaskan apa yang harus dilakukan oleh seorang pemimpin untuk
memotivasi dan memberikan kepuasan kepada bawahannya. Model path-goal menganjurkan
bahwa kepemimpinan terdiri dari dua fungsi dasar:
- Fungsi Pertama adalah memberi kejelasan alur. Maksudnya, seorang pemimpin harus mampu membantu bawahannya dalam memahami bagaimana cara kerja yang diperlukan di dalam menyelesaikan tugasnya.
- Fungsi Kedua adalah meningkatkan jumlah hasil (reward) bawahannya dengan memberi dukungan dan perhatian terhadap kebutuhan pribadi mereka.
Untuk membentuk fungsi-fungsi
tersebut, pemimpin dapat mengambil berbagai gaya kepemimpinan. Empat perbedaan
gaya kepemimpinan dijelaskan dalam model path-goal sebagai berikut
(Koontz et al dalam Kajanto, 2003)
- Kepemimpinan pengarah (directive leadership)
Pemimpinan
memberitahukan kepada bawahan apa yang diharapkan dari mereka, memberitahukan
jadwal kerja yang harus disesuaikan dan standar kerja, serta memberikan
bimbingan/arahan secara spesifik tentang cara-cara menyelesaikan tugas
tersebut, termasuk di dalamnya aspek perencanaan, organisasi, koordinasi dan
pengawasan.
2. Kepemimpinan
pendukung (supportive leadership)
Pemimpin
bersifat ramah dan menunjukkan kepedulian akan kebutuhan bawahan. Ia juga
memperlakukan semua bawahan sama dan menunjukkan tentang keberadaan mereka,
status, dan kebutuhan-kebutuhan pribadi, sebagai usaha untuk mengembangkan
hubungan interpersonal yang menyenangkan di antara anggota kelompok.
Kepemimpinan pendukung (supportive) memberikan pengaruh yang besar
terhadap kinerja bawahan pada saat mereka sedang mengalami frustasi dan
kekecewaan.
3. Kepemimpinan partisipatif (participative
leadership)
Pemimpin
partisipatif berkonsultasi dengan bawahan dan menggunakan saran-saran dan ide
mereka sebelum mengambil suatu keputusan. Kepemimpinan partisipatif dapat
meningkatkan motivasi kerja bawahan.
4. Kepemimpinan berorientasi prestasi (achievement-oriented
leadership)
Gaya
kepemimpinan dimana pemimpin menetapkan tujuan yang menantang dan mengharapkan
bawahan untuk berprestasi semaksimal mungkin serta terus menerus mencari
pengembangan prestasi dalam proses pencapaian tujuan tersebut.
Dengan
menggunakan salah satu dari empat gaya di atas, dan dengan memperhitungkan
faktor-faktor seperti yang diuraikan tersebut, seorang pemimpin harus berusaha
untuk mempengaruhi persepsi para karyawan atau bawahannya dan mampu memberikan
motivasi kepada mereka, dengan cara mengarahkan mereka pada kejelasan
tugas-tugasnya, pencapaian tujuan, kepuasan kerja dan pelaksanaan kerja yang
efektif. Terdapat dua faktor situasional yang diidentifikasikan kedalam model
teori path-goal, yaitu: personal characteristic of subordinate and
environmental pressures and demmand (Gibson, 2003)
B.
PERENCANAAN, PENETAPAN MANAJEMEN
1. Pengertian dari Perencanaan
Manajemen
Dalam
manajemen,
perencanaan adalah proses
mendefinisikan tujuan organisasi, membuat strategi untuk mencapai tujuan itu,
dan mengembangkan rencana aktivitas kerja organisasi. Perencanaan merupakan
proses terpenting dari semua fungsi manajemen karena tanpa perencanaan fungsi-fungsi
lain—pengorganisasian, pengarahan, dan pengontrolan—tak akan dapat berjalan.
Rencana
dapat berupa rencana informal atau rencana formal. Rencana informal adalah
rencana yang tidak tertulis dan bukan merupakan tujuan bersama anggota suatu
organisasi. Sedangkan rencana formal adalah rencana tertulis yang harus
dilaksanakan suatu organisasi dalam jangka waktu tertentu. Rencana formal
merupakan rencana bersama anggota korporasi, artinya setiap anggota harus
mengetahui dan menjalankan rencana itu. Rencana formal dibuat untuk mengurangi
ambiguitas dan menciptakan kesepahaman tentang apa yang harus dilakukan.
2. Langkah dalam Menyusun
Perencanaan dalam Organisasi
Perencanaan adalah
suatu proses yang tidak berahir bila rencana tersebut telah ditetapkan, rencana
masih harus diimplementasikan, kemudian selama proses implementasi itu mungkin
saja rencana memerlukan modifikasi agar tetap berguna. Ada empat
tahap dasar dalam perencanaan
1.
Menetapkan tujuan
Perencanaan
dimulai dengan keputusan - keputusan mengenai keinginan atau kebutuhan
organisasi atau kelompok kerja. Tanpa rumusan tujuan yang jelas , organisasi
akan mengunakan sumberdaya secara tidak efektif
2.
Merumuskan keadaan saat ini
Perusahaan
harus memahami keadaan perusahaan saat ini, hal ini berhubungan dengan
ketersedian sumberdaya – sumberdaya yang
dimiliki oleh perusahaan. Yang akan digunakan utk mencapai tujuan. Tahap ini
memerlukan informasi terutama informasi keuangan dan data statistic.
3.
Mengidentifikasikan segala kemudahan dan hambatan
Perusahaan
juga harus mengidentifikasikan segala kemudahan dan hambatan serta kekuatan dan
kelemahan untuk mengukur kemampuan organisasi dalam mencapai tujuan. Oleh
karena itu perusahaan harus mengetahui faktor - faktor intern dan ekstern yang
akan membantu organisasi dalam mencapai tujuan atau malah akan menimbulkan
masalah.
4.
Mengembangkan rencana atau serangkaian
kegiatan
Tahapan
ini terdiri dari:
·
Pengembangan berbagai alternative kegiatan utk
mencapai tujuan
·
Penilaian alternatif - alternatif
·
Pemilihan alternatif terbaik diantar berbagai
pilihan alternative yang ada
3. Manfaat Perencanaan dalam
Suatu Organisasi
1.
Membantu manajemen untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungan
2.
Membantu penempatan tanggung jawab lebih tepat
3.
Memudahkan koordinasi di antara berbagai
bagian organisasi
4.
Membuat tujuan lebih khusus, terperinci dan
mudah dipahami
5.
Menghemat waktu, uasaha dan dana
4. Jenis Perencanaan dalam
Organisasi
1.
Perencanaan stategik
Staregi
berasal dari bahasa yunani, yaitu strategeia yang artinya seni atau ilmu
menjadi seorang jendral perang. Untuk
menjadi jendral perang dia harus biasa melindungi warganya, dia harus tahu
bagaimana memenangkan peperangan tersebut, dia harus tahu bagaimana mengalahkan
lawan - lawannya, dia harus tahu bagaimana merebut daerah kekuasaan lawannya
dll. Begitu pula perusahaan, harus mengerti mengenai strategi - strategi dalam
menghadapi persaingan yang terjadi, bagaimana cara memasarkan dll. Perencanaan
strategi adalah perencanaan jangka
panjang yang disusun dan digunakan untuk menentukan dan mencapai tujuan-tujuan
organisasi. Perencanaan ini dirancang untuk memenuhi tujuan-tujuan organisasi
yang lebih luas.
2.
Perencanaan operasional
Penguraian lebih terperinci bagaimana
rencana strategic akan dicapai. Contoh perencanaan stategik misalnya awalnya
perusahaan hanya memberikan jasa pengiriman berupa barang tapi seiring waktu
perencanaan tersebut mengalami modifikasi, perusahaan juga melakukan pengiriman
data atau informasi. Kemudian rencana operasionalnya adalah perusahan
menentapkan bahwa dalam satu jam perusahaan harus bisa mengirim misal 10 data/
informasi setiap harinya. Rencana operasional
ini dilakukan pada tingkatan bawah.
Sumber :
file.upi.edu/.../DEFINISI_DAN_TEORI_KEPEMIMPINANx.pdf
Label: softskill 5
Subscribe to:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar