Jumat, 03 Mei 2013
A.
Penyesuaian Diri
1.
Pengertian
Penyesuaian diri dikenal
dengan istilah adjustment atau personal adjustment. Schneiders berpendapat
bahwa penyesuaian diri dapat ditinjau dari tiga sudut pandang, yaitu:
penyesuaian diri sebagai adaptasi (adaptation), penyesuaian diri sebagai bentuk
konformitas (conformity), dan penyesuaian diri sebagai usaha penguasaan
(mastery). Pada mulanya penyesuaian diri diartikan
sama dengan adaptasi
(adaptation), padahal adaptasi ini pada umumnya lebih mengarah pada
penyesuaian diri dalam arti fisik, fisiologis, atau biologis. Misalnya,
seseorang yang pindah tempat dari daerah panas ke daerah dingin harus
beradaptasi dengan iklim yang berlaku di daerah dingin tersebut.
2. Konsep
Kondisi fisik,
mental, dan emosional dipengaruhi dan diarahkan oleh faktor-faktor lingkungan
di mana kemungkinan akan berkembang proses penyesuaian yang baik atau yang
salah. Jika ditinjau dari konsep dari penyesuaian diri itu sendiri, tentu
merupakan salah satu persyaratan penting bagi terciptanya kesehatan jiwa/mental
individu. Banyak individu yang menderita dan tidak mampu mencapai kebahagiaan
dalam hidupnya karena ketidakmampuannya dalam menyesuaikan diri, baik dengan
kehidupan keluarga, sekolah, pekerjaan dan dalam masyarakat pada umumnya. Tidak
jarang pula ditemui bahwa orang-orang mengalami stres dan depresi disebabkan
oleh kegagalan mereka untuk melakukan penyesuaian diri dengan kondisi yang
penuh tekanan.
3.
Pertumbuhan Personal
Manusia
merupakan makhluk individu. Manusia itu disebut individu apabila pola tingkah
lakunya bersifat spesifik dirinya dan bukan lagi mengikuti pola tingkah laku
umum. Kepribadian suatu individu tidak sertamerta langsung terbentuk, akan
tetapi melalui pertumbuhan sedikit demi sedikit dan melalui proses yang
panjang.Setiap individu pasti akan mengalami pembentukan karakter atau
kepribadian.
Dan hal itu
membutuhkan proses yang sangat panjang dan banyak faktor yang mempengaruhinya
terutama lingkungan keluarga. Hal ini disebabkan karena keluarga adalah kerabat
yang paling dekat dan kita lebih banyak meluangkan waktu dengan keluarga.
Setiap keluarga pasti menerapkan suatu aturan atau norma yang mana norma-norma
tersebut pasti akan mempengaruhi dalam pertumbuhan individu. Bukan hanya dalam
lingkup keluarga, tapi dalam lingkup masyarakat pun terdapat norma-norma yang harus
di patuhi dan hal itu juga mempengaruhi pertumbuhan individu.
Ada beberapa
faktor yang mempengaruhi pertumbuhan individu, yaitu:
1. Faktor Biologis
Semua
manusia normal dan sehat pasti memiliki anggota tubuh yang utuh seperti kepala,
tangan , kaki dan lainya. Hal ini dapat menjelaskan bahwa beberapa persamaan
dalam kepribadian dan perilaku. Namun ada warisan biologis yang bersifat
khusus. Artinya, setiap individu tidak semua ada yang memiliki karakteristik
fisik yang sama.
2. Faktor Geografis
Setiap
lingkungan fisik yang baik akan membawa kebaikan pula pada penghuninya.
Sehingga menyebabkan hubungan antar individu bisa berjalan dengan baik dan
mencimbulkan kepribadian setiap individu yang baik juga. Namun jika lingkungan
fisiknya kurang baik dan tidak adanya hubungan baik dengan individu yang lain,
maka akan tercipta suatu keadaan yang tidak baik pula.
3. Faktor Kebudayaan Khusus
Perbedaan
kebuadayaan dapat mempengaruhi kepribadian anggotanya. Namun, tidak berarti
semua individu yang ada didalam masyarakat yang memiliki kebudayaan yang sama
juga memiliki kepribadian yang sama juga. Dari semua faktor-faktor di atas dan
pengaruh dari lingkungan sekitar seperti keluarga dan masyarakat maka akan
memberikan pertumbuhan bagi suatu individu. Seiring berjalannya waktu, maka
terbentuklah individu yang sesuai dan dapat menyesuaikan dengan lingkungan
sekitar.
McDougall
menekankan pentingnya faktor personal dalam menentukan interaksi sosial dalam
membentuk perilaku individu. Menurutnya, faktor-faktor personallah yang menentukan
perilaku manusia. Menurut Edward E. Sampson, terdapat perspektf yang berpusat
pada persona dan perspektif yang berpusat pada situasi. Perspektif yang
berpusat pada persona mempertanyakan faktor-faktor internal apakah, baik berupa
instik, motif, kepribadian, sistem kognitif yang menjelaskan perilaku manusia.
Secara garis besar terdapat dua faktor.
B. STRES
1.Pengertian
dan Efek
Pada
dasarnya, stress adalah sebuah bentuk ketegangan, baik fisik maupun mental.
Sumber stress disebut dengan stressor dan ketegangan yang di akibatkan karena
stress, disebut strain. Menurut Robbins (2001) stress juga dapat diartikan
sebagai suatu kondisi yang menekan keadaan psikis seseorang dalam mencapai
suatu kesempatan dimana untuk mencapai kesempatan tersebut terdapat batasan
atau penghalang.
Menurut
Woolfolk dan Richardson (1979) menyatakan bahwa adanya system kognitif,
apresiasi stress menyebabkan segala peristiwa yang terjadi disekitar kita akan
dihayati sebagai suatu stress berdasarkan arti atau interprestasi yang kita
berikan terhadap peristiwa tersebut, dan bukan karena peristiwa itu sendiri.
Sedangkan menurut Handoko (1997), stress adalah suatu kondisi ketegangan yang
mempengaruhi emosi, proses berpikir dan kondisi seseorang. Stress yang terlalu
besar dapat mengancam kemampuan seseorang untuk menghadapi lingkungannya.
Efek dari
stress, yaitu :
Efek dari
stress bermacam-macam, mulai dari timbulnya uban, membahayakan kesehatan
jantung, resiko stroke meningkat, meningkatkan resiko penyakit kronis, memicu
gejala depresi, dan juga tumor dan kanker. Ini terbukti dari berbagai
penelitian mengenai stress, yang biasanya berakibat pada munculnya suatu hormon
akibat stress tersebut. Diharapkan, di masa depan akan muncul obat-obatan untuk
mengatasi berbagai efek dari stress ini. Apalagi stress yang kronis dapat
mengakibatkan penurunan kadar protein p53. Sementara itu jenis protein ini
dibutuhkan untuk mencegah munculnya kanker.
2. Faktor
Lazarus dan
Cohen (dalam Evans, 1982) mengemukakan bahwa terdapat tiga kelompok sumber yang
menyebabkan stress, yaitu :
Fenomena
catalismic, yaitu hal-hal atau kejadian-kejadian yang tiba-tiba, khas, dan
kejadian yang menyangkut banyak orang seperti bencana alam, perang, banjir, dan
sebagainya. Kejadian-kejadian yang memerlukan penyesuaian atau coping seperti
pada fenomena catalismic meskipun berhubungan dengan orang yang lebih sedikit
seperti respon seseorang terhadap penyakit atau kematian. Daily hassles, yaitu
masalah yang sering dijumpai di dalam kehidupan sehari-hari yang menyangkut
ketidakpuasan kerja atau masalah-masalah lingkungan seperti kesesakan atau
kebisingan karena polusi.
3. Tipe-tipe
Stres Psikologi
- Tekanan :
- Frustasi: Frustasi adalah situasi apapun dimana individu tidak dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Kegagalan dan kehilangan adalah dua hal yang terutama membuat frustasi.
- Konflik: Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.
- Kecemasan: Taylor (1953) dalam Tailor Manifest Anxiety Scale (TMAS) mengemukakan bahwa kecemasan merupakan suatu perasaan subyektif mengenai ketegangan mental yang menggelisahkan sebagai reaksi umum dari ketidakmampuan mengatasi suatu masalah atau tidak adanya rasa aman. Carlson (1992:201) menjelaskan kecemasan sebagai rasa takut dan antisipasi terhadap nasib buruk dimasa yang akan datang, kecemasan ini memiliki bayangan bahwa ada bahaya yang mengancam dalam suatu aktivitas dan obyek, yang jika seseorang melihat gejala itu maka ia akan merasa cemas.
4. Mekanisme
pertahanan diri dan Coping Stres
a.
Menghilangkan stres mekanisme pertahanan, dan penanganan yang berfokus pada
masalah. Menurut Lazarus (dalam Santrock, 2003 : 566) penanganan stres atau
coping terdiri dari dua bentuk, yaitu:
- Coping yang berfokus pada masalah (problem-focused coping) adalah istilah Lazarus untuk strategi kognitif untuk penanganan stres atau coping yang digunakan oleh individu yang menghadapi masalahnya dan berusaha menyelesaikannya.
- Coping yang berfokus pada emosi (problem-focused coping)adalah istilah Lazarus untuk strategi penanganan stres dimana individu memberikan respon terhadap situasi stres dengan cara emosional, terutama dengan menggunakan penilaian defensif.
b.Strategi
penanganan stres dengan mendekat dan menghindar (Santrock, 2003 : 567):
- Strategi mendekati (approach strategies) meliputi usaha kognitif untuk memahami penyebab stres dan usaha untuk menghadapi penyebab stres tersebut dengan cara menghadapi penyebab stres tersebut atau konsekuensi yang ditimbulkannya secara langsung
- Strategi menghindar (avoidance strategies) meliputi usaha kognitif untuk menyangkal atau meminimalisasikan penyebab stres dan usaha yang muncul dalam tingkah laku, untuk menarik diri atau menghindar dari penyebab stres
Menurut
Ebata & Moos, 1994 (dalam Santrock, 2003 : 567) individu yang menggunakan
strategi mendekat untuk menghadapi stres adalah remaja yang berusia lebih tua,
lebih aktif, menilai stresor utama yang muncul sebagai sesuatu yang dapat
dikendalikan dan sebagai suatu tantangan, dan memiliki sumber daya sosial yang
dapat digunakan. Sedangkan, individu yang menggunakan strategi menghindar mudah
merasa tertekan dan mengalami stres, memiliki stresor yang lebih kronis, dan
telah mengalami kejadian-kejadian yang lebih negatif dalam kehidupannya selama
tahun sebelumnya.
c. Berpikir
positif dan self-efficacy
Menurut
Bandura (dalam Santrock, 2003 : 567) self-efficacy adalah sikap optimis yang
memberikan perasaan dapat mengendalikan lingkungannya sendiri. Menurut model
realitas kenyataan dan khayalan diri yang dikemukan oleh Baumeister, individu
dengan penyesuaian diri yang terbaik seringkali memiliki khayalan tentang diri
mereka sendiri yang sedikit di atas rata-rata. Memiliki pendapat yang terlalu
dibesar-besarkan mengenai diri sendiri atau berpikir terlalu negatif mengenai
diri sendiri dapat mengakibatkan konsekuensi yang negatif. Bagi beberapa orang,
melihat segala sesuatu dengan terlalu cermat dapat mengakibatkan merasa
tertekan. Secara keseluruhan, dalam kebanyakan situasi, orientasi yang berdasar
pada kenyataan atau khayalan yang sedikit di atas rata-rata dapat menjadi yang
paling efektif (dalam Santrock, 2003 : 568).
d. Sistem
dukungan
Menurut
East, Gottlieb, O’Brien, Seiffge-Krenke, Youniss & Smollar (dalam Santrock,
2003 : 568), keterikatan yang dekat dan positif dengan orang lain – terutama
dengan keluarga dan teman – secara konsisten ditemukan sebagai pertahanan yang
baik terhadap stres.
e. Berbagai
strategi penanganan stres
Dalam
penanganan stres dapat menggunakan berbagai strategi coping, karena stres juga
disebabkan tidak hanya oleh satu faktor, melainkan oleh berbagai faktor
(Susman, 1991 dalam Santrock, 2003 : 569).
5. Problem
Solving terhadap Stres
Kita
mengalahkan stress dengan cara menyelesaikan problem stressor (hal yang membuat
stress itu). Misalnya, kita stress karena menderita suatu penyakit, maka kita
menyelesaikan masalah dengan berobat sehingga penyakit kita bisa sembuh. Atau
bisa juga dengan mengusahakan agar kita bisa menyesuaikan diri dengan situasi
yang terjadi (bila situasinya sendiri tidak bisa dirubah).
Sumber:
http://www.psychologymania.com/2012/05/pengertian-stress.html
http://tysar.wordpress.com/2009/06/24/pengertian-kecemasan/
http://yuliamasri-yuliamasri.blogspot.com/2010/05/makalah-kelompok-psikologi.html
http://belajarpsikologi.com/pengertian-penyesuaian-diri/
http://salvinirayyan-tugas.blogspot.com/2011/03/stress-dan-penyesuaian-diri.html
http://meltri-elia.blogspot.com/2011/04/stress-menurut-hans-selye.html
http://erriskareza.blogspot.com/2012/02/faktor-faktor-yang-menyebabkan-stress.html
http://mita.blog.unair.ac.id/2012/05/11/efek-stress/
http://health.detik.com/read/2013/02/05/152425/2161718/763/4/ketahuilah-ini-9-efek-mengerikan-dari-stres#bigpic
http://masimamgun.blogspot.com/2010/04/konsep-penyesuaian-diri.html
http://belajarpsikologi.com/pengertian-penyesuaian-diri/
http://naratekpend.wordpress.com/2012/07/03/penyesuaian-diri-remaja/
Label: soft skill 4
Subscribe to:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar